Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (87): Belajar Beradab

13 Oktober 2024   05:45 Diperbarui: 13 Oktober 2024   06:05 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak ada kata damai menghadapi bekas pasukan Majapahit itu!" Si Iblis Betina yang mengenakan jubah merah berteriak lantang,"Orang-orang biadab itu harus dibantai semuanya sampai habis! Titik!"

"Maaf, kenapa harus begitu, Nyai?" tanya Cak Japa

"Aku pernah diperkosa oleh belasan prajurit Majapahit, dan ditelantarkan begitu saja di tengah hutan. Sementara suamiku dibunuh dengan cara dicincang! Itulah sebabnya aku bertekad untuk membantai mereka sampai habis!"

Cak Japa menggeleng-gelengkan kepala. "Maaf, apakah yang memperkosa dan menyebabkan kematian suami Nyai itu adalah orang-orang anggota Laskar Rimba?"

"Memang bukan! Akan tetapi mereka sama-sama prajurit Majapahit!"

"Hm.., anda teracuni oleh nafsu dendam kesumat yang salah alamat. Apakah oleh karena anda diperkosa oleh oknum prajurit Majapahit, lantas anda harus memusuhi dan mambantai semua bekas prajurit Majapahit? Begitukah pemahaman anda? Kalau misalnya ada seorang murid Kera Putih yang bersalah, belum tentu semua anggota Padepokan Kera Putih juga bersalah, apalagi sampai guru padepokannya pun juga dianggap salah, lantas anda menganggap musuh yang harus dibantai?"

"Bicaramu ngaco!" potong Si Iblis Betina.

"Apa bedanya? Menyalahkan orang lain itu memang sama mudahnya dengan membalikkan telapak tangan. Semua orang bisa melakukannya. Cobalah tengok diri sendiri dan mencari kesalahan sendiri, itu baru seorang manusia sejati!"

***

Setelah menguasai isi kitab pusaka, tibalah waktunya kini Arum dan Lintang kembali ke padepokan. Mereka gembira melihat kondisi pembangunan puri yang hampir selesai, berdiri megah dan menjulang tinggi di antara bangunan-bangunan di sekitarnya. Akan tetapi ada kabar berita yang cukup mengagetkan pula. Salah satunya adalah mengenai orang-orang Ki Demang yang menyerbu Laskar Rimba, yang mengakibatkan tewasnya Ki Unggul Weling dan semua anggotanya. Kemudian bentrokan antara Macan Abang dengan Padepokan Kera Putih, serta meninggalnya Ki Lurah Panji, suami Roro Ajeng.

Hari itu juga Arum dan Lintang berkunjung ke rumah Ajeng. Mereka hendak mengucapkan turut belasungkawa. Sudah lama mereka tidak saling berkomunikasi. Hubungan mereka semakin memburuk manakala Ajeng dan padepokannya memisahkan diri dari Ikatan Pendekar Jawa dan bergabung dengan Persaudaraan Pendekar Pribumi, organisasi tandingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun