Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (84): Menagih Utang

9 Oktober 2024   06:44 Diperbarui: 21 Oktober 2024   14:47 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nah, apa aku bisa tinggal diam jika calon istriku akan menghadapi bahaya? Bahayamu adalah bahayaku juga! Apapun yang akan terjadi, kita hadapi bersama!"

Petang harinya kedua pasangan kekasih itu mendatangi rumah Juragan Bejo. Mereka mendapat informasi dari seorang pembantu perempuan bahwa Juragan Bejo dan anak buahnya sedang berada di tempat kerja.

"Di mana tempat kerjanya?" tanya Lastri.

"Tempat kerjanya di Pesanggrahan Seribu Kembang. Juragan Bejo adalah ketua keamanan di situ. Pulangnya biasanya besok pagi!"

Lastri yang sudah tidak sabar segera mengajak Mahesa pergi menuju pesanggrahan yang dimaksud. Pesanggrahan yang menyediakan rumah makan, penginapan dan panti pijat itu hanya sebagai kedok bisnis sesungguhnya, yakni pelacuran dan perjudian. Tidak banyak yang tahu bahwa tempat itu sebetulnya adalah milik Ki Demang Wiryo.

Begitu menginjakkan kaki di pintu gerbang, Lastri langsung menanyakan kepada seorang penjaga bahwa ia mencari Ki Bejo.

"Ada keperluan apa mencari juragan?" tanya penjaga itu sedang pikirannya menduga bahwa gadis itu mungkin akan mencari pekerjaan. "Apa Mbakyu sudah ada janji untuk bertemu?"

"Saya punya urusan pribadi dengan Juragan Bejo!" jawab Lastri, "Dan saya ingin sampaikan langsung kepadanya!"

Penjaga itu memandang penuh selidik kepada Lastri dan Mahesa secara bergantian, kemudian ia menyuruh seorang temannya memanggil Sang Juragan.

Tidak berselang lama, seorang penjaga berlari kecil keluar dari gedung rumah makan. "Kalian disuruh masuk!" katanya setelah dekat. "Mari ikuti saya lewat sini!"

Mereka melewati jalan setapak di tengah taman di samping gedung rumah makan, menuju sebuah bangunan terpisah yang rupanya adalah kantor keamanan. Terdengar alunan suara gamelan dari ruang lain yang menerobos melalui jendela. Ki Bejo duduk berselonjor di kursi panjang sambil menghisap rokok klobot mahal. Ia masih santai dengan sikap seperti itu ketika penjaga yang mengantar kedua tamu itu sudah sampai di situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun