Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (77): Perang Tenaga Batin

29 September 2024   05:33 Diperbarui: 29 September 2024   06:33 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa kamu manusia pengecut?" tanya Lintang lagi sambil memberi kode dengan telunjuk kepada Arum bahwa si penyusup itu berada tepat di atas genting kamar.

Kini Arum baru bisa mendengar langkah kaki ringan si penyusup. Dengan cepat ia meloncat bangun sambil meraih pedang pusaka yang tergantung di dinding kamar. Ketika ia membalikkan tubuh memandang suaminya, Lintang membelalakkan mata lebar-lebar seakan-akan bola mata itu hendak meloncat keluar dari tempatnya.

"Apa kamu mau keluar dengan telanjang?" tanya Lintang.

Arum baru sadar bahwa ia tidak mengenakan pakaian. Ia menaruh pedangnya dan langsung cepat-cepat berpakaian. Ia melihat Lintang kini duduk bersila di ranjang, lalu ia mengangkat kedua pundaknya dengan menunjukkan mimik muka heran, gerakan yang manis dipandang.

Setelah beberapa saat berlalu, Lintang berkata santai, "Percuma! Dia sudah kabur, sayang!" 'Dia sangat hebat,' batin Lintang, karena ia tidak tahu sejak kapan si penyusup itu sudah berada di atas genting.

Arum keluar rumah dan melihat keadaan, tampak beberapa murid yang sedang mendapat giliran berjaga di pintu gerbang menyambutnya dengan hormat.

"Bagaimana, apa kalian melihat sesuatu?" Ia bertanya kepada mereka.

"Syukur alhamdulillah, Guru Putri, kondisi aman!" jawab mereka tegas. "Tidak ada sesuatupun yang mencurigakan!"

Ki Kebo Dedet meninggalkan tulisan di sebilah papan kayu yang diukir dengan jarinya. Tulisan indah bernada ancaman itu berbunyi, 'Sebagai ganti nyawa, serahkan dua pusaka!' Dua pusaka yang dimaksud itu tentulah kitab Serat Sakti Mandraguna dan Pedang Naga Nusantara. Papan kayu ancaman itu tergantung dengan tali tepat di depan rumah.

Arum menunjukan papan pesan itu kepada penjaga dan itu membuat mereka terperanga kaget.

"Dia lari ke selatan!" kata Lintang setelah Arum kembali ke kamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun