Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (77): Perang Tenaga Batin

29 September 2024   05:33 Diperbarui: 29 September 2024   06:33 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baiklah. Karena kesungguhanmu saat bertapa, aku kabulkan permohonanmu. Ini adalah pagebluk dari jenis demit yang tidak bisa mati, bahkan jika dilukai maka anggota tubuh yang terpisah itu akan menjadi kembarannya. Dia akan terus-menerus berkembang biak. Kelemahannya dia tidak akan mampu menyerang orang yang ikhlas menebarkan welas asih kepada alam gumebyar, yang ikhlas menolong kepada sesama. Lihatlah, betapa sekarang ini bibit-bibit perang saudara terus membara dan tatanan masyarakat sudah banyak yang rusak. Para pejabat di daerah banyak yang lupa akan dharmanya. Mereka saling berebut jabatan dan kemewahan duniawi. Para pemimpin agama juga banyak yang tak mampu menjadi suritauladan, bahkan larut dalam hiruk pikuknya perpolitikan. Rakyat kecil bersusah payah mencari pegangan hidup. Pagebluk ini juga nantinya akan memperbaharui budi pekerti masyarakat! Pagebluk ini sebagai sarana pengingat dan pencuci jiwa dari Tuhan!"

Kebo Dedet membungkuk sambil menyampaikan ucapan terima kasih. "Wahai Kanjeng Danyang Kegelapan, ijinkanlah saya menebarkan pagebluk ini di wilayah kekuasaanmu!"

"Baiklah. Namun jika suatu saat kelak tidak ada orang yang sanggup menemukan penawar pagebluk ini, maka itu bukan dalam kuasaku lagi. Biarlah Gusti Kang Akaryo Jagad yang menentukannya!"

Tidak lama berselang pagebluk mulai merebak dan para pemberontak pun bersorak, karena mereka meyakini bahwa kejadian itu menguntungkan bagi pihak mereka. Mereka kemudian dengan mengatasnamakan rakyat menuntut agar kerajaan segera berbuat sesuatu untuk menyelamatkan rakyat. Sebagian besar yang terserang wabah adalah petani, sehingga hampir tidak ada orang yang bekerja di sawah. Bencana kelaparan mengancam. Ini tentu berdampak luas bagi kestabilan politik di Majapahit.

Kendati Majapahit dalam kondisi sulit, Ki Ageng Kutu dan pendukungnya dapat ditaklukan dengan mudah. Kebo Dedet kemudian melarikan diri dan bertapa untuk meningkatkan kesaktiannya. Beberapa tahun kemudian, ketika turun gunung, ia menemui rekannya, Tumenggung Legowo, yang kemudian mengajaknya bergabung dengan Dyah Ranawijaya untuk menghancurkan Majapahit.

Kebo Dedet memiliki kesaktian bisa mendeteksi berbagai benda di sekitarnya hanya dengan mengeluarkan bunyi decak seperti kelelawar dari mulutnya. Matanya memang rabun, sehingga ia lebih mengandalkan pendengarannya. Konon ia bisa mendengarkan detak jantung lawannya. Itulah yang membuat ia kemudian mendapat julukan Pendekar Kalong Wesi.

Kini Ki Kebo Dedet alias Pendekar Kalong Wesi sangat berambisi untuk merebut kitab pusaka dan pedang pusaka yang berada di tangan Arum. Karena hanya dengan menguasai kedua benda itulah maka cita-citanya untuk menjadi orang paling sakti di kolong langit bisa terwujud. Ia adalah seorang manusia yang terlahir sebagai penjahat sejati, yang sudah terbiasa melakukan banyak kejahatan sejak muda. Di antara banyak keinginannya, ada satu yang paling kuat, yaitu menculik Arum. Sejak bertemu dengan makhluk terindah itu, nafsu birahinya bagaikan debur ombak di samudera yang tak pernah surut.

***

Jantung Arum berdebar tidak karuan. Lenyaplah bayangan musuh-musuhnya yang selama ini mengikutinya dan membuat ia gelisah. Saat itu ia berbaring di ranjang di sisi Lintang sambil bercerita banyak hal.

"Bukan main cantik jelitanya kamu!" Demikian Lintang berkata, "Cantik bagaikan bidadari!" Mata yang bening, bibir merah segar dengan hidung yang mancung, rambut yang panjang hitam tergerai, kulit leher yang putih, dan aroma harum, semua itu membuat lelaki itu benar-benar terpesona.

Arum memandang tepat di dekat muka suaminya, terlalu dekat sehingga ia dapat merasakan hembusan napas lelaki itu. Dua pasang mata bertemu, saling pandang, saling terkam dan sukar untuk terlepaskan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun