"Pak tua, kami tidak ingin berkelahi, kami hanya mau bertanya kenapa anda mencari Lintang?"
Ki Tanca diam-diam kagum sekali. Itulah gerakan tangan yang amat kuat, gerakan seorang ahli ilmu silat tinggi. Apa lagi setelah melihat sebatang pedang dengan gagang dan sarungnya yang terukir indah tergantung di punggung wanita itu, tahulah dia bahwa lawannya itu pasti bukanlah orang sembarangan.
"Apa kalian kenal dengan orang yang bernama Lintang?"
"Ya, dia ini Lintang!" sahut Arum sambil menunjuk pemuda yang berdiri di belakangnya, "Dan aku adalah Arum, putri Mpu Naga!" Setelah berkata demikian, Arum memandang ke sekelilingnya. Semua kawanan pemburu yang mulai berdiri itu terkejut bukan main, mengkeret lehernya dan menundukkan pandang mata karena nyali mereka lenyap begitu bertemu pandang dengan Arum.
"Maafkan kami, Ning Arum!" kata Ki Sabrang, "Maafkan kami, Pendekar Kebo Kicak!" Ia segera memberi kode anak buahnya untuk cepat-cepat menyingkir dari tempat itu. Dengan tertati-tati kawanan pemburu itu berjalan menuju kuda. Mereka tidak saja telah dikalahkan secara mudah dan menyakitkan sekali, akan tetapi lebih dari pada itu, mereka merasa sangat malu.
Ki Tanca kemudian mengucapkan salam seraya tersenyum lebar, "Tuan pendekar berdua, mari kita cari tempat duduk yang enak, karena ada yang perlu saya ceritakan!"
Ki Tanca dan tim intinya yang berjumlah sepuluh orang dengan seratus lebih anggota, mengaku sudah belasan tahun menyebar ke berbagai kota untuk mencari pemuda yang bernama Lintang Kejora. Orang tua itupun mulai bercerita.
Di dalam pemerintahan Majapahit, Patih Nambi adalah salah seorang pendukung setia Wangsa Rajasa, sehingga ketika Prabu Jayanagara naik tahta dan menyingkirkan Tribuwana Tunggadewi, Mpu Nambilah yang berada di garda depan untuk menentangnya. Ia menganggap anak keturunan dari Sumatera itu tidak pantas menduduki singgasana Majapahit. Isu tentang darah keturunan memang menjadi ancaman laten yang sulit dihindari pada saat itu. Ini yang membuat hubungan Nambi dengan Prabu Jayanegara semakin memburuk.
Saat itu si tokoh licik, Halayudha, dengan antusias selalu berusaha menciptakan ketegangan di antara Jayanagara dan Nambi. Halayudha memanfaatkan kedekatannya dengan mereka berdua untuk menyusupkan benih racun 'adu domba'.
Akibatnya, sampailah Jayanegara mengirim pasukan untuk menumpas Nambi. Pasukan Nambi sebetulnya tidak berarti apa-apa dibandingkan kekuatan pasukan Majapahit. Meskipun demikian, pasukan Nambi memiliki beberapa pendekar andalan. Salah satunya adalah pendekar yang bernama Wirota Wiragati, yang terkenal memiliki ajian panglimunan, yaitu kekuatan untuk mendatangkan kabut yang bisa menyulitkan daya penglihatan pasukan musuh.
Nambi mempersiapkan benteng pertahanan di Gending dan Pejarakan. Namun keduanya dapat dihancurkan oleh pasukan Majapahit. Akhirnya ia sekeluarga pun tewas dalam peperangan itu. Babad Negarakertagama menyebut peristiwa yang dikenal dengan Pemberontakan Nambi itu terjadi pada tahun "Muktigunapaksarupa" yang menujukkan angka tahun 1238 Saka atau 1316 Masehi.