"Konon dia adalah satu-satunya murid perempuan Nini Jailangnak Si Nenek Siluman!" jawab Cak Japa , "Cara berpakaian mereka pun mirip! Hanya beda warna!"
Selama ini Arum belum pernah bertemu dengan Nini Jailangnak, tapi ia sudah sering mendengar akan sepak terjang Nenek Siluman itu. "Tapi anehnya..!" Ia agak ragu untuk melanjutkan kata-katanya.
"Apanya yang aneh?" tanya Cak Japa.
"Anehnya, Iblis Betina itu sepertinya nurut sama Alya, Cak. Dia pergi begitu saja setelah Alya menyuruhnya pergi!"
"Dik Arum, ini jangan diceritakan ke orang lain. Ini hanya untuk kita berdua saja. Mungkin sebetulnya Iblis Betina itu hendak menculik Alya, tapi ia tidak berani, atau lebih tepatnya tidak mampu!"
Arum menunjukan wajah keheranan, "Tidak mampu? Kenapa?"
"Alya itu sejak usia satu tahun, dia diikuti harimau gaib!" sambung Cak Japa, "Menurut dia harimau itu peliharaan Mbah Kucing. Itulah kenapa kadang-kadang dia seperti orang sedang menghitung sesuatu yang tidak tampak, dan ketika ditanya katanya menghitung harimau. Dia bilang harimau-harimau itu kadang pergi bermain dan dia menghitungnya lagi ketika mereka pulang. Dia memberi nama-nama mereka. Waktu saya tanya memang ada berapa jumlahnya, jawabnya ada tujuh belas!"
"Pantesan!" gumam Arum kagum. "Dia anak ajaib!"
Istri Cak Japa, Larasati, diikuti Alya muncul di ruang tamu dengan membawa nampan berisi getuk. "Silakan Dik Arum, ini buatan sendiri!"
"Terima kasih, Mbak Asih! Kok repot-repot!"
"Tapi belakangan aku dengar banyak pendekar-pendekar bermunculan di kota ini!" kata Imam langgar itu mencoba mengalihkan topik mengenai putrinya, "Di antara mereka ada yang terang-terangan mengatakan niatnya untuk mendapatkan kitab sakti yang disimpan oleh suamimu. Ada juga yang ingin mendapatkan pedang pusaka Mpu Naga!"