Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (67): Luka Tanda Cinta

15 September 2024   06:17 Diperbarui: 15 September 2024   06:36 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah bertahun-tahun hidup sebagai pengembara, suatu hari ia berada di pinggiran kota dan dihadang beberapa orang perampok. Tiba-tiba seorang ketua dari mereka berkata sambil membungkukkan badan, "Oh, maafkan kami Raden Kebo Kicak! Silakan lewat! Maafkan kami!"

Ia melihat para perampok manampakkan wajah ketakutan sambil membungkukan badan. Ia lalu melanjutkan perjalanan. Setelah agak jauh ia mendengar seseorang mengatakan kepada teman-temannya.

"Goblok kalian, dia itu pendekar besar!"

"Benarkah dia Kebo Kicak!"

"Iya benar! Untung dia tidak mencabut nyawa kalian!"

Setelah mengalami kejadian seperti itu beberapa kali di tempat yang berbeda, dikira sebagai seorang pendekar besar yang bernama Kebo Kicak, ia kemudian memutuskan untuk mencari tahu mengenai Kebo Kicak. Hampir semua orang pernah mendengar nama Kebo Kicak, tapi belum tentu mereka pernah melihat wajah pendekar itu. Lintang yang merasa penasaran, di siang hari itu, akhirnya terdampar di Padepokan Benteng Naga.

Ketika murid-murid perguruan itu mengerumuninya sambil berebut menyalami, ia mulai bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka semua memanggilnya guru, menggiringnya masuk sambil menanyakan kabarnya, sementara ia tidak mengenal satupun di antara mereka.

Pada saat itu ia melihat Arum keluar dari rumah, sosok yang sangat mirip Ibu Laksmi, wanita anggun dan keibuan yang sangat dipuja-pujanya selama ini. Maka ia kemudian menemukan akal untuk berpura-pura hilang ingatan, agar bisa tetap berada di situ.

Ketika Arum Naga mengancamnya dengan pedang, ia tidak peduli, bahkan rela seandainya harus mati di tangan Wanita pujaannya.

***

Setelah beberapa hari berlalu, Arum merasa bahwa lelaki asing itu adalah orang baik. "Gembul!" Begitu ia memanggil lelaki itu, "Pakailah baju ini!" katanya sambil meletakan beberapa helai baju milik suaminya di atas meja, dan langsung melangkah keluar meninggalkan kamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun