Ajeng menimpali cepat, "Akui saja kalau memang kamu jantan!"
"Kalau iya mau apa?" dengus Topo kesal. "Orang tua sialan itu sendiri yang memaksa aku harus membinasakannya!"
Tadinya Ajeng menuduh hanya berdasarkan dugaan saja, tapi siapa sangka jawaban Topo ternyata mengakuinya. "Dasar bajingan!" jeritnya dan kembali menyerbu dengan lebih nekad lagi.
"Bantai saja perempuan tukang selingkuh itu, Sinuhun!" teriak murid-murid Macan Abang memberi semangat kepada guru mereka.
"Robohkan langgar yang dijadikan tempat mesum!" seru yang lain, "Mereka itu orang-orang munafik!"
Tulus cepat meraih sebuah sapu gagang. "Langkahi mayatku dulu!" sambil berkata demikian, sapu itu digerakkan sehingga membuat tanah berkerikil beterbangan di kanan kirinya. Ia menyambar kerikil-kerikil dengan tongkatnya hingga terlempar jauh menyerang orang-orang yang mengepung. Mereka sibuk menangkis dan menghindar dan yang terkena roboh karena badannya bolong tertembus kerikil.
Ia kemudian menerjang ke arah Topo, "Ajeng mundurlah!" perintahnya sambil memainkan sapu itu dan pandangan mata Topo menjadi kabur saat melihat ujung tongkat itu berubah menjadi seperti puluhan banyaknya. Udara yang terbelah oleh tongkat sapu itu menimbulkan suara seperti puting beliung.
Topo pun tercengang menghadapi serangan hebat itu. Di tangan Tulus seakan-akan gagang sapu itu menyambar-nyambar seperti kilat. Sekali ini Topo benar-benar menemui lawannya, lawan yang sangat tangguh dan hebat. Jurus silat itu dilakukan dengan kecepatan yang amat luar biasa.
Terpaksa Topo melawan dengan ilmu silat andalannya pula, dan dia tidak sekali-kali berani berlaku sembrono. Bukan main hebatnya pertempuran itu. Keduanya sama-sama lincah, cepat dan kuat. Ratusan jurus telah lewat dan masih saja belum ada yang kalah atau menang di antara mereka.
Topo kini benar-benar kelelahan. Dia telah memainkan jurus ilmu silatnya yang dahsyat, namun tetap saja tidak mampu mengalahkan lawannya. Keringat bercucuran membasahi sekujur pakaian.
Cak Japa menyaksikan kejadian itu dari teras langgar. Di tangannya ia memegang sapu pula. Warga yang mendengar keributan itu keluar menonton dari kejauhan.