Topo hanya tersenyum sinis. Ia lalu mengucapkan belasungkawa kepada Jenar sebelum akhirnya bergegas pamit untuk meninggalkan tempat itu secepatnya.
"Lia, berapa kali ibu bilang gak boleh seperti itu!" kata Asih kepada putrinya dengan nada jengkel. "Lia dengar nggak?"
"Dengal..!" jawab gadis kecil itu tanpa merasa berdosa sambil tetap asyik mengunyah jajan di tangannya.
"Ayo kita pulang saja!"
"Nggak mau!"
"Kalau begitu diam!" pungkas Asih.
Setelah selang beberapa saat, ketika Asih sedang bercakap-cakap dengan Jenar, Ajeng berbisik kepada Alya, "Lia kok tahu setannya ada enam? Padahal mbak tadi hitung ada sepuluh!"
"Nggak.., cuma enam!" protesnya dengan mulut masih penuh makanan.
"Lia bisa menghitung?"
"Bisa!"
"Sekarang di mana setannya?"