Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (52): Menjunjung Kebenaran

29 Agustus 2024   05:42 Diperbarui: 29 Agustus 2024   11:02 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Alhamdulillah..!" Tulus menghentikan dokarnya. "Terima kasih, Dindaku. Sebetulnya aku sudah menduga sih!" katanya sambil memeluk istrinya.

"Benarkah? Dari mana Kanda tahu?"

"Karena setiap pagi kamu merasa mual dan ingin muntah bukan?"

"Hei!" bentak seorang yang tampaknya pemimpin gerombolan itu. Ia merasa marah karena kehadirannya seolah diabaikan begitu saja oleh kedua orang muda itu. "Serahkan semua harta kalian atau...!"

Tulus meluncur turun dari dokar dan mengirim serangan kilat, bahkan sebelum pimpinan gerombolan itu menyelesaikan kalimatnya. Dua orang yang berdiri di tengah jalan bergulingan di tanah dan golok mereka berhasil dirampas. Golok itu kini menempel di leher si pemiliknya, si pemimpin.

"Atau apa?" tanya Tulus.

Dengan suara gemetar pemimpin berbadan besar, berjenggot dan berkumis tebal itu menjawab, "Atau bo..boleh le..lewat dengan selamat!"

Beberapa anak panah tiba-tiba meluncur deras ke arah Tulus. Pendekar muda itu lalu menggoreskan pedang ke dagu orang berjenggot tebal dan menendangnya, lalu dengan cepat memutar golok menangkis hujan panah.

Si pemimpin kaget menyadari bahwa jenggot di dagunya telah tercukur habis. Jika pemuda itu menghendaki lehernya, ia sudah dipastikan akan tewas. Ia kemudian memberi perintah anak buahnya yang berada di atas pohon. "Turun kalian! Goblok semua!" bentaknya kesal.

Dua golok yang berada di tangan Tulus lalu ditekuk dengan tiga jari dan terdengar suara nyaring. Criiing..! Pedang itu telah patah pada bagian tengahnya. Para pengepung kini sadar bahwa mereka sedang berhadapan dengan orang yang berilmu sangat tinggi.

Si pemimpin gerombolan kemudian menjatuhkan diri berlutut di depan Tulus, dan diikuti oleh semua anak buahnya. "Maafkan kami, Tuan Pendekar!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun