Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (51), Melawan Nenek Siluman

24 Agustus 2024   04:42 Diperbarui: 24 Agustus 2024   04:57 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Mereka berdua telah sampai di teras dan Topo membukakan pintu mempersilakan Ajeng untuk melangkah masuk lebih dulu. Bangunan yang seluruhnya terbuat dari kayu itu berisi perabotan yang tertata sangat rapi. Ruangan berukuran cukup luas, tampaknya berfungsi sebagai ruang tamu dan sekaligus sebagai ruang tidur, karena terdapat ranjang besar tertutup kelambu putih di sudut ruangan.

***

Ki Setiaji dan istrinya, Jenar, memutuskan untuk meminta bantuan Kyai Japa, imam langgar yang sebetulnya lebih suka dipanggil "Cak' itu.

"Saya terus terang merasa curiga, Kyai!" kata Jenar kepada Cak Japa, "Sikap Ajeng sepertinya tidak wajar, dan sudah tidak mempedulikan kami sama sekali!"

Mereka sedang berbicara di ruang tamu. Asih Larasati, istri Cak Japa, yang juga teman dekat Jenar, ikut nimbrung setelah menyajikan hidangan.

"Tidak wajarnya bagaimana contohnya, Mbak Yu?" tanya Asih.

"Misalnya, dia bilang harus menikah dengan Topo sekalipun tanpa persetujuan kami. Saya tahu pasti itu bukan sifat dia, Dik Asih!"

"Ada beberapa ciri-ciri orang terkena guna-guna," sahut Cak Japa dengan nada datar, "Misalnya suka melamun, sering gelisah, sulit untuk fokus dan sulit tidur. Terkadang terlihat lesu, tidak semangat dan merasa enggan untuk melakukan kegiatan apapun. Ketidak laziman ini biasanya terbaca oleh orang-orang dekat. Bagi si korban, dia akan merasa ada tarikan kuat yang tidak wajar, kemudian biasanya mencium aroma wangi yang menyengat pada saat-saat tertentu. Selama di bawah pengaruh ilmu pelet, tentu saja dia sama sekali tidak mau mendengar nasehat!"

Jenar berpaling ke arah suaminya yang saat itu juga menatap ke arahnya. "Semua ciri-ciri itu ada, Cak!" kata Jenar dengan suara bergetar.

Cak Japa sebetulnya sudah merasakan adanya energi negatif. Bulu tengkuknya langsung meremang begitu tadi mendengar nama Roro Ajeng disebut. "Mari kita doakan, ya Pak Lurah, Bu Lurah. Ajeng butuh dukungan dan doa kita agar Allah senantiasa melindunginya!"

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun