Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (43), Pernikahan Terpaksa

9 Agustus 2024   05:10 Diperbarui: 9 Agustus 2024   15:48 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah tiga hari berlalu, datanglah saatnya bagi Tulus dan Arum untuk pergi berbulan madu. Tapi itu sebetulnya adalah perjalanan mencari harta karun di Gua Sigolo-golo.

Pagi itu, setelah menyiapkan banyak bekal berupa pakaian dan sekantung uang serta banyak pesan, mereka berangkat dengan diiringi lambaian tangan Mpu Naga dan semua murid perguruan yang berbaris di pintu gerbang.  Selama ini Arum belum pernah pergi meninggalkan ayahnya, maka begitu dokar berjalan menjauh, dan tidak dapat melihat lagi ayah dan padepokannya, ia tak dapat menahan tangisnya.

"Dik, kita mungkin hanya pergi beberapa hari!" kata Tulus menenangkannya, "Mudah-mudahan kita bisa menemukan gua itu secepatnya, dan bisa segera kembali pulang!"

Arum menyusut air matanya dengan sapu tangan.

"Atau kalau kamu tidak tega meninggalkan ayah, masih belum terlambat untuk kembali, biar aku sendiri yang mencari gua itu," kata Tulus sambil memperlambat laju kudanya.

Arum memukul lengan suaminya dan kemudian menyandarkan kepalanya di lengan itu.

"Pendekar nggak boleh cengeng!" goda Tulus.

"Aah.., Kanda, aku hanya tidak ingin meninggalkan ayah yang agaknya kurang sehat." Arum memanggil suaminya dengan panggilan 'kanda' hanya saat berdua saja. "Orang sedunia boleh menyebutnya Mpu Naga Neraka, akan tetapi bagiku dia adalah Mpu Naga Surga!"

"Bagiku juga, Dinda!" Tulus memacu kuda dokarnya berlari lebih cepat lagi. begitu pula Arum, ia mempererat pelukannya ke lengan sosok yang paling dicintainya di dunia.

Gua Sigolo-golo itu terletak di sebelah timur Jombang, tapi mereka pergi menuju ke arah barat. Mpu Naga mengatakan bahwa sejak kedatangan Ki Kelabang Karang ke padepokan, kemungkinan besar ada mata-mata yang selalu mengawasi mereka. Kabar tentang Ki Kelabang yang melarikan harta sekarung itu memang mengundang banyak pihak ingin merebutnya, terutama dari pihak Tumenggung Legowo dan Ki Demang Wiryo.

Tumenggung yang telah kehilangan dua orang kepala pasukannya, Ki Rojowojo dan Pendekar Golok Dewa, merencanakan sebuah pembalasan yang jauh lebih dasyat. Ia bekerja sama dengan Ki Demang Wiryo untuk suatu saat menggempur Padepokan Benteng Naga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun