"Baik! Saya kira cukup itu dulu, saya mau pamit, Ki Demang!"
"Baiklah. Keluarlah lewat pintu belakang. Jangan sampai Kusno melihatmu!" perintah Ki Demang sambil menyingkirkan cangkir-cangkir di atas meja. Setelah itu ia memanggil pembantu agar mempersilakan Raden Kusno masuk.
"Selamat pagi, Ki Demang!" ucap orang bertubuh tambun itu begitu melangkahkan kaki melewati pintu.
"Selamat pagi, Kus. Silakan duduk! Bagaimana kabarmu?"
"Syukurlah, semua baik-baik saja, Ki Demang!"
"Baik-baik saja? Hmm.., kenapa warga akhirnya mau menerima mayat Blandotan dikubur di situ?"
"Itu karena ada Cak Japa, orang yang paling disegani dan dihormati masyarakat!" Raden Kusno menggeser pantatnya yang lebar sampai kursi tempat duduknya itu berderit-derit. "Tapi dia orang baik. Dia tidak berbahaya!"
"Kalau keadaan langgar?"
"Syukurlah, semua berjalan biasa-biasa saja! Tidak ada yang istimewah!"
"Jadi kamu ke sini mau melaporkan bahwa semuanya baik-baik saja!"
"Ya begitulah, Ki Demang!"