Orang-orang Dyah Ranawijaya semakin berpacu dengan waktu, bergerak di bawah tanah, untuk menghimpun kekuatan. Mereka mengumpulkan pendekar-pendekar dengan iming-iming uang dan kekuasaan untuk berpihak kepada perjuangan mereka, tidak peduli itu pendekar dari golongan ilmu hitam. Di sisi lain pendekar-pendekar yang menolak bergabung justru difitnah sebagai penjahat dari aliran sesat. Disamping itu mereka juga melancarkan rumor yang terus dihembuskan di tengah masyarakat bahwa Demak sedang menyusun kekuatan hendak menggulingkan Majapahit.
***
Ki Demang Wiryo adalah salah seorang pendukung Dyah Ranawijaya. Uang pajak yang dipungut dari masyarakat dengan mengatasnamakan Pemerintahan Majapahit itu  ia curi, sebagian untuk dirinya sendiri dan sebagian untuk membiayai perjuangan para pemberontak. Uang yang seharusnya disetorkan ke Majapahit itu ia laporkan telah dirampok oleh Penjahat Besar Ki Blandotan Kobra. Itulah kenapa Ki Blandotan Kobra akhirnya menjadi buronan nomor satu Pasukan Majapahit. Di luar dugaan, Penjahat Besar itu mati secara misterius di wilayah kademangannya sendiri.
Siang itu seorang pembantu pendopo mengetuk pintu dan menyampaikan bahwa Raden Kusno hendak menghadap.
"Suruh dia menunggu!" kata Ki Demang dari cela pintu. Ia sedang menerima laporan dari seorang tilik sandi, "Bagaimana tadi?"
Panji segoro mengulangi ucapannya yang sempat terpotong, "Tidak ada kegiatan yang patut dicurigai di langgar. Setidaknya sampai hari ini. Meskipun jamaah yang ikut sembayang terus bertambah. Dalam catatan saya ada beberapa pendekar besar yang muncul di sekitar langgar. Ki Kelabang Karang, Ki Bongkok Klothok, dan Nini Jailangnak Si Nenek Siluman yang selalu muncul di malam hari!"
"Mungkinkah Si Nenek Siluman itu bisa kita rekrut?"
"Maaf Ki Demang, Nenek Siluman itu justru muncul karena ingin menuntut balas atas kematian Ki Blandotan. Dia mungkin saat ini masih melakukan penyelidikan! Ki Kelabang Karang jelas berpihak ke Majapahit. Ki Bongkok adalah seorang pertapa idealis yang kebal terhadap segala bujuk rayu duniawi! Ada Ki Gong Wojo dan gurunya yang kemungkinan besar bisa kita bujuk untuk bergabung!"
"Hmm.., bagus. Ada lainnya?"
"Di kota ada dua padepokan silat yang cukup memiliki banyak pengikut. Padepokan Benteng Naga milik Mpu Naga Neraka yang berpihak ke Majapahit dan Padepokan Jari Suci milik Kang Wahid yang berpihak ke Demak. Kalau kita bisa membuat kedua padepokan itu saling bermusuhan, itu akan sangat menguntungkan buat kita!"
"Bagus!" sahut Ki Demang penuh semangat. "Mari kita jalankan gagasan cemerlangmu itu!"