Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (30): Benih-Benih Pemberontakan

26 Juli 2024   06:19 Diperbarui: 26 Juli 2024   06:28 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Baik! Saya kira cukup itu dulu, saya mau pamit, Ki Demang!"

"Baiklah. Keluarlah lewat pintu belakang. Jangan sampai Kusno melihatmu!" perintah Ki Demang sambil menyingkirkan cangkir-cangkir di atas meja. Setelah itu ia memanggil pembantu agar mempersilakan Raden Kusno masuk.

"Selamat pagi, Ki Demang!" ucap orang bertubuh tambun itu begitu melangkahkan kaki melewati pintu.

"Selamat pagi, Kus. Silakan duduk! Bagaimana kabarmu?"

"Syukurlah, semua baik-baik saja, Ki Demang!"

"Baik-baik saja? Hmm.., kenapa warga akhirnya mau menerima mayat Blandotan dikubur di situ?"

"Itu karena ada Cak Japa, orang yang paling disegani dan dihormati masyarakat!" Raden Kusno menggeser pantatnya yang lebar sampai kursi tempat duduknya itu berderit-derit. "Tapi dia orang baik. Dia tidak berbahaya!"

"Kalau keadaan langgar?"

"Syukurlah, semua berjalan biasa-biasa saja! Tidak ada yang istimewah!"

"Jadi kamu ke sini mau melaporkan bahwa semuanya baik-baik saja!"

"Ya begitulah, Ki Demang!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun