Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pos Kamling Tua

25 Juli 2024   04:49 Diperbarui: 25 Juli 2024   10:44 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Mas, ce..cewek itu..!" kata Cak Im dengan nada gugup.

'Sialan! Subuh-subuh sudah mengajak bercanda,' pikirku. "Salamku sudah sampean sampaikan?"

"Ini benar, Mas, saya serius!" serbunya dengan nada tegang, "Aku ketemu cewek itu, ternyata dia Sundel Bolong!"

Aku menatap wajahnya yang masih menyimpan rasa kengerian. Ia tampak sungguh-sungguh. "Oh iya?"

Sekitar satu jam setelah aku pulang, ia jujur mengaku ketiduran di bangku depan pos. Tatkala terjaga, melalui jendela yang diberi ram-raman kawat besi, dia menengok ke arah jam yang tergantung di dinding bagian dalam.

Betapa kagetnya saat melihat ada perempuan yang duduk di dalam pos. Perempuan itu berpakaian serba putih dan berambut panjang menutupi wajahnya.

Satpam polos itu awalnya berpikir jangan-jangan itu perempuan yang tadi sore dicari sama bapaknya.

"Mbak dari mana?" Cak Im memberanikan diri melontarkan pertanyaan. "Tadi ada seorang bapak yang mencari anaknya! Mungkin mencari mbak!"

Perempuan itu hanya membisu. Ada bau wangi yang diterbangkan angin. Wangi bunga kenanga.

Perasaan Cak Im mulai curiga, bagaimana mungkin perempuan itu bisa berada di dalam pos tanpa sepengetahuannya. Kendati tertidur, ia gampang terjaga walaupun hanya dengan mendengar langkah kaki.

Cak Im berdiri dan perlahan-lahan hendak lari meninggalkan pos, tapi perempuan itu ikut berdiri, dan kemudian membalikan badan membelakangi lelaki yang sudah gemetaran itu. Saat itu terlihat bahwa punggung perempuan itu berlubang. Dari lubang itu keluar beberapa gumpalan darah campur belatung disertai bau sangat busuk yang menyeruak memenuhi udara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun