"Mas, sampean tunggu dulu ya!" kata Cak Im membuyarkan lamunanku, "Aku mau 'ngenteng' jam dua! Sebentar kok!"
"Lho sudah jam dua. Aku pulang saja, Cak!" sahutku.
"Tahu begitu tadi gak usah aku kasih tahu kalau sudah jam dua!" candanya sambil tertawa.
Aku tahu dia butuh teman. "Maad aku sudah ngantuk, Cak!"
"Ya sudah. Terima kasih sudah mau menemani, Mas!"
"Oh, iya, nanti kalau ceweknya lewat, aku titip salam?" pesanku sambil melangkah meninggalkan pos.
"Cewek siapa, Mas?"
"Tadi yang dicari sama bapak berpakaian rapi!"
"Ha..ha..ha..!" Cak Im tertawa renyah menanggapi gurauan itu. "Oke! Pasti aku sampaikan!"
Setelah adzan subuh selesai berkumandang, begitu keluar pagar rumah, aku melihat Cak Im berdiri di pojok perempatan. Sepertinya ia sengaja menungguku.
"Ada apa, Cak?" tanyaku karena melihat wajahnya yang pucat saat menghampiriku.