Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (27): Janji Sang Pengabdi

18 Juli 2024   11:42 Diperbarui: 18 Juli 2024   14:14 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu juga Tulus pergi melaksanakan anjuran Mbah Kucing. Ia mencari tempat yang tinggi sesuai petunjuk, membuat lingkaran, dan kemudian duduk bersila menghadap ke arah selatan. Sunyi begitu mencekam, kecuali desis angin bukit yang menghempas hamparan ilalang. Rasa dingin menusuk.

Beberapa jam kemudian, sekelompok bangsa jin dengan beragam wujud yang menyeramkan melintas. Wajah bengis mereka tampak tidak ramah melihat ada manusia di situ. Mereka awalnya berusaha mendekat, tapi tidak mampu mencapai lingkaran yang telah ia buat, dan mereka pun pergi dengan suara semacam omelan kejengkelan.

Pada saat tengah malam, ada makhluk yang menunggangi ular raksasa datang. Makhluk yang hadir bersama hempasan angin kencang itu menatap dengan sorot mata penuh ancaman. Entah apa maunya, dia hanya datang dan pergi berulang kali. Kemudian di sepertiga malam, datanglah seorang jin perempuan duduk di atas singgasana yang ditandu empat punggawa dan dikawal oleh ribuan pasukan jin.

Tandu Ratu Jin berhenti dua langkah dari lingkaran yang dibuat Tulus. Ia bertanya dengan suara dingin, "Ada keperluan apa kamu di sini?"

"Sa..sa.. saya..!" suara Tulus serak dan terbata-bata. Ia berusaha keras menyembunyikan degup jantungnya yang berpacu kencang. Kerongkongannya terasa kering.

Ratu Jin tampak menanti jawaban dengan tenang. Semua pasukannya diam tak bergerak.

"Saya diperintah Mbah Kucing!" Tiba-tiba itu kalimat yang meluncur keluar dari bibirnya. Ia kemudian dengan tergesa-gesa merogoh saku untuk mengambil cincin pirus dan menunjukkannya kepada Ratu Jin. "Ini cincin Mbah Kucing!"

Begitu melihat cincin itu, Pirus Kendit Buntel Mayit, Ratu Jin memerintahkan pengawalnya untuk menurunkan tandu. Ia turun dari singgasana dan langsung duduk bersila mengambang di atas tanah, di luar lingkaran. Semua pasukannya kemudian mengikuti untuk duduk bersila.

Kini Tulus melihat cincin pirus jelek milik Mbah Kucing itu dengan penuh rasa takjub.

Ratu Jin kemudian bertanya singkat. "Katakan, apa yang bisa saya bantu?"

Tulus segera menceritakan persoalan yang sedang dihadapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun