Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Darah Takkan Dusta

11 Juli 2024   07:23 Diperbarui: 27 Juli 2024   11:38 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ricky tidak menemukan jalan keluar lain kecuali terpaksa menyingkirkan anak durhaka itu. Kehilangan satu anak lebih baik daripada mengorbankan semua anggota keluarga.

Sesampainya di rumah, Ricky mendapati beberapa karyawan berkumpul di teras. Istri dan para pembantunya menangis di ruang tamu. Ia pun pura-pura kaget dan bertanya, "Ada apa ini, Ma?"

"Pa, anak kita mati!" jerit istrinya. "Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba mati!"

"Ya Tuhan, Surya!" seru Ricky menyusul istrinya menangis tersedu-sedu.

"Bukan Surya, Pa, tapi Candra dan Lintang!"

"Apa? Gak mungkin!"

***

Ricky langsung kembali meluncur ke tempat Mbah Gering. "Mbah, kamu salah sasaran!" protesnya dengan nada tinggi.

"Apa katamu?"

"Yang mati bukan Surya, tapi kedua anakku yang lain! Kamu harus tanggung jawab!" bentaknya disela tangis. "Kamu salah sasaran!"

"Kamu jangan sembarangan kalau ngomong! Santetku tidak pernah salah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun