"Ada tanda kalau sudah mengenai sasaran?"
"Ya! Jika sasaran sudah kena, biasanya ditandai dengan nyala api semakin membesar!" Sementara itu Mbah Gering tampak serius. Keringat perlahan-lahan membasahi sekujur tubuhnya.
Setelah membaca kerisauan yang tersirat di wajah Ricky, Mbah Gering mencoba menenangkan. "Jangan khawatir, kamu datang ke dukun santet yang paling sakti di seluruh Nusantara! Aku jamin itu! Santetku belum pernah gagal!"
"Saya percaya Mbah!"
Mbah Gering menggerak-gerakkan tangan, sementara seringai misterius tidak pernah lepas dari bibirnya yang sumbing, menampakan gigi yang geripis kehitaman, serta air liur yang selalu menetes. Matanya agak juling dan besar sebelah. Penampilan yang mengerikan.
Tidak lama kemudian muncul nyalah api di tungku. Membesar dalam sekejap dan kembali padam, menyisahkan bara.
"Kita berhasil" pungkas Mbah Gering puas. "Jangan lupa bonusnya!"
***
Dalam perjalanan pulang terselip sedikit sesal di hati Ricky. Surya anak bungsunya itu adalah anak yang nakal, suka hura-hura, kelayapan di jalan dan kerap berurusan dengan aparat penegak hukum. Sampai terakhir harus masuk penjarah gara-gara tawuran. Itu sebetulnya tidak terlalu merisaukan Ricky sebagai bapaknya, sebab ia menyadari bahwa perilakunya ketika remaja dulu sama persis seperti itu. Pepatah bilang 'Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya'.
Namun, yang menjadikan puncak kerisauan Ricky justru setelah Surya keluar dari penjara. Anak itu tiba-tiba menjadi anak yang bertolak belakang dengan sebelumnya. Ia mulai rajin ibadah, di samping itu mulai berani menceramahi seluruh anggota keluarga. Bahkan mengancam akan membongkar semua bisnis haram keluarganya.
Ricky selama ini adalah salah seorang bandar judi besar di tanah air. Dari perjudian itu ia bisa meraup kekayaan yang berlimpah. Bisnis keluarga inilah yang oleh Surya mau dibongkar apabila tidak dihentikan. Anak itu mengancam mau melaporkan bapak dan saudara-saudaranya ke polisi.