Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (13): Ikrar Pendekar Besar

21 Juni 2024   07:36 Diperbarui: 21 Juni 2024   08:24 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sadeng dan Keta bergejolak. Saat itu mereka berniat memisahkan diri dari kerajaan Majapahit dan tengah melakukan persiapan serius untuk mencapai cita-citanya. Mereka berniat mendirikan kerajaan yang nantinya mampu menggulingkan Ratu Tribhuana. Diantaranya adalah melakukan perekrutan besar-besaran terhadap warga masyarakat untuk dididik keprajuritan. Mereka mendirikan tempat pusat latihan perang di tengah hutan Alas Larang. Tujuannya jelas, yakni demi memperkuat angkatan bersenjata, yang nantinya bakal dibenturkan dengan kekuatan bala tantara Majapahit.

Ketika itu Patih Mangkubumi Arya Tadah sedang menderita sakit keras. Oleh karena dia tidak sanggup untuk mengemban tugas menumpas pemberontakan, maka ia kemudian mengirim utusan untuk menghadap Sang Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi, menyampaikan niatnya mengundurkan diri sebagai patih mangkubumi, akan tetapi permintaannya tidak dikabulkan.

Di samping itu, Arya Tadah juga mengusulkan kepada Ratu agar memberikan tugas kepada Gajah Mada. Tentu saja ini membuat beberapa kaum bangsawan merasa sakit hati. Diantara mereka adalah Menteri Ra Kembar. Dia yang merasa berdarah biru, lebih senior, lebih perkasa dan lebih pandai, sempat memprotes penunjukan tugas itu. Kemudian karena protesnya tidak mendapat tanggapan maka kedengkiannya kepada Gajah Mada semakin memuncak.

Akhirnya, Patih Arya Tadah memanggil Gajah Mada untuk datang menghadap ke purinya, untuk berbicara empat mata. "Saya meminta kamu untuk bersedia menggantikan posisi saya, menjadi patih!" kata sang patih.

"Mohon maaf, Tuan Patih. Saya belum bisa berpikir mengenai itu. Saya masih fokus untuk menyelesaikan urusan Sadeng. Setelah urusan ini selesai, barangkali saya baru bisa mempertimbangkannya!" jawab Gajah Mada penuh hormat.

"Dalam segala kesulitan yang nanti akan kamu hadapi, saya akan selalu berada di pihakmu, Mada!" sahut Arya Tadah tegas, "Bahkan seandainya nanti kamu dianggap melanggar aturan negara, saya akan tetap berada dipihakmu. Ini janji saya!"

Walaupun usia Gajah Mada terbilang muda untuk menggantikan posisi sebagai patih mangkubumi, namun tidak seorang pun yang meragukan kemampuan, pengabdian dan kesetiaannya terhadap bangsa dan negara. Dimulai dari tindakan heroiknya menyelamatkan sang raja dari kejaran para pengikut pemberontak Ra Kuti, kemudian membalikkan keadaan dan mengembalikan sang raja ke singgasananya, sudah cukup sebagai bukti bahwa ia orang yang sangat cakap.

Atas kepemimpinan Gajah Mada pula, persaingan politik perebutan tahta antara dua putri kedaton bisa diredam, sehingga pergantian kekuasaan setelah mangkatnya Sri Jayanegara bisa berlangsung mulus. Nyaris tanpa menimbulkan konflik yang berarti.

Gajah Mada berpendapat bahwa sebisa mungkin perang dengan Keta-Sadeng diselesaikan secara psikologis dengan melakukan adu domba antar kekuatan internal musuh tersebut. Bahkan kalau perlu melakukan penculikan terhadap para pemimpin yang menjadi penggerak perang. Tujuan utama dari strategi itu adalah menyelesaikan konflik Keta-Sadeng dengan biaya sekecil-kecilnya dan menghindari banyaknya korban jiwa.

Dilihat dari kekuatan gelar pasukan, kekuatan Keta-Sadeng bukanlah apa-apa dibanding dengan kekuatan Majapahit. Namun, dibalik kekuatan fisik pasukan yang belum sebanding itu, Keta-Sadeng juga dilindungi oleh kesatria yang sakti mandraguna. Ksatria itu adalah mantan pelindung Wijaya, raja Majapahit pertama, yang bernama Wirota Wiragati. Ia terkenal dengan kesaktiannya memiliki ajian sirep dan ajian panglimunan, yaitu kekuatan untuk mendatangkan kabut yang bisa menyulitkan dan mengelabui daya penglihatan pasukan mana pun. Beberapa pendekar di belakangnya itu dulunya adalah pasukan setia Nambi, dan sebagian lagi pendukung setia Ra Kuti.

Sebelum pasukan Gajah Mada berangkat ke Sadeng, Menteri Ra Kembar beserta pasukannya berangkat mendahului. Mendengar hal ini Gajah Mada marah dan mengirim beberapa orang sebagai perwakilan untuk menemui Ra Kembar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun