"Lanjutkan wejangan mbah tadi!"
"Baik. Kunci kebahagiaan adalah rasa syukur. Rasa itu akan timbul manakala tiada kemelekatan dari pikiran dan batin kita pada dunia. Kemelekatan pada dunia, atau disebut keduniawian, adalah akar dari segala ketidakbahagiaan!"
Prabu Jayanegara tampak menundukan wajah sambil mengangguk-angguk pelan. Rupanya ia benar-benar meresapi ucapan Mbah Wono.
***
Nasehat Mbah Wono kepada Gajah Mada untuk meneguhkan keyakinan akan perbuatan yang telah ditempuhnya, "Sebagaimana sebuah pepatah yang menyatakan, 'Tak ada gading yang tak retak'. Jadi jika kita fokus pada mencari retakan, maka kita pasti akan menemukan."
Gajah Mada sepakat sekali dengan ujaran bijak itu.
"Prabu Jayanegara memang bukan manusia sempurna, namun demikian bukan berarti lantas boleh mengingkari upaya dan perjuangan beliau untuk membawa Majapahit berjaya, agar bisa sejajar dengan kerajaan-kerajaan besar dan maju lainnya!"
"Benar Mbah," timpal Gajah Mada, "Saya meyakini bahwa masih banyak rakyat yang mendukung dan mengapresiasi upaya beliau itu!"
Sambil memegang janggutnya, Mbah Wono mengangguk-anggukan kepala. "Sekalipun tidak dipungkiri, ada pihak yang terus melakukan pembunuhan karakter dan menutup mata mati-matian secara tidak adil, lalu dengan entengnya menghina dan merendahkan beliau!"
"Tentu saja, sebagai putra bangsa yang mencintai negeri ini, kami tidak akan rela pemimpin tertinggi kami dihina sedemikian buruknya!"
Tegas guru yang telah menua dan rentah itu, "Orang semacam Halayudha itu memangnya sudah berbuat apa untuk memajukan negri ini? Jadi sebaiknya jika tidak mampu berbuat baik, setidaknya jaga mulut saja itu sudah sangat membantu!"