Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (7): Barisan Sakit Hati

11 Juni 2024   21:18 Diperbarui: 12 Juni 2024   07:30 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Beberapa menit kemudian Ranggalawe yang termakan hasutan itu sempat mengamuk di pelataran istana, namun ia berhasil ditenangkan oleh Lembu Sora, dan disarankan untuk pulang ke Tuban agar menenangkan diri.

Halayudha ganti menghasut Nambi. Ia mendatangi patih itu dan melaporkan bahwa Ranggalawe di Tuban akan menyusun rencana pemberontakan. "Maaf, Tuan, saya berkewajiban untuk menyampaikan ini. Ranggalawe berkoar-koar di depan saya bahwa dia tidak akan berhenti melakukan perlawanan sampai anda turun dari jabatan! Saya khawatir ia sedang menyiapkan pemberontakan!"

Nambi terhasut. Maka atas izin raja, ia segera berangkat memimpin pasukan Majapahit, didampingi Lembu Sora dan Mahisa Anabrang, untuk memberi peringatan kepada Ranggalawe.

Mendengar kabar datangnya pasukan Majapahit, Ranggalawe pun segera menyiapkan pasukannya. Ia siap menghadang pasukan Majapahit, dan mereka bertemu di dekat Sungai Tambak Beras, Jombang.

Bentrokan hebat pun terjadi. Ranggalawe bertanding menghadapi Mahisa Anabrang, sampai akhirnya pendekar muda itu berhasil mendesak Anabrang, seniornya yang kaya pengalaman bertempur. Ranggalawe unggul di sisi tenaga yang lebih besar.

"Aku tidak akan pernah mundur sejengkal pun untuk menumpas para pengkhianat!" seru Anabrang di tengah gempuran pedang Ranggalawe, "Pengkhianat wajib dibasmi!"

Ranggalawe menjawab hinaan itu dengan memperhebat serangan. Ia tidak tertarik meladeni ucapan lawannya yang jelas semakin kewalahan. Ia tahu hinaan itu hanya untuk memecah konsentrasinya.

Ketika tidak ada ruang lagi untuk menghindar, Anabrang akhirnya nekad terjun ke sungai. Ia berniat berenang ke sebrang untuk memulihkan tenaganya yang hampir terkuras habis. Ranggalawe menyusul terjun ke sungai, tak memberi kesempatan sedikit pun kepada lawannya. Mereka yang sebetulnya memiliki kesaktian seimbang itu kini bertempur di dalam sungai.

Biarpun senjata di tangan Ranggalawe sangat berbahaya dan kemampuan silatnya hebat, tapi Mahisa Anabrang yang lebih pandai berenang kini berhasil membalikan keadaan. Pada akhirnya Anabrang berhasil menghabisi Ranggalawe secara mengenaskan.

Lembu Sora, yang pada dasarnya adalah orang yang berjiwa besar dan mempunyai ketabahan luar biasa, sangat terpukul menyaksikan kematian Ranggalawe di depan matanya. Ia sebetulnya yakin mampu mengendalikan Ranggalawe, dan sangat yakin bisa menghindari terjadinya perang saudara. Akan tetapi, Anabrang yang memang lebih berpengalaman di medan perang, lebih memilih jalan kekerasan.

"Anda tidak perlu sampai membunuhnya!" ucap Lembu Sora penuh nada kecewa. "Saya yakin bisa meredakan emosinya!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun