Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (4): Jiwa Pantang Menyerah

3 Juni 2024   11:57 Diperbarui: 9 Juni 2024   05:22 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wijaya tidak memiliki darah keturunan Raja Singhasari, sehingga dia dianggap tidak membahayakan kekuasaan Jayakatwang, maka Raja Daha itu pun mengabulkan permintaannya. Siasat itu benar-benar membuahkan hasil.

Wijaya mendapatkan hadiah sebuah wilayah di Tarik, berupa hutan belantara, yang dulunya dibuat sebagai tempat berburu bagi para bangsawan Daha. Di sana dia mendapat bantuan dari Ranggalawe, putra Aria Wiraraja, yang membawa orang-orang Madura untuk membuka lahan.

Daerah Tarik sebetulnya adalah wilayah yang kurang subur untuk bercocok tanam. Di wilayah itu banyak ditumbuhi pohon Maja yang rasanya pahit dan daunnya berduri. Oleh karena itu wilayah tersebut kemudian dinamakan Majapahit.

Buah Maja yang pahit menjadi simbol penderitaan, kesengsaraan dan kepahitan akan sebuah perjuangan hidup. Hanya dalam hitungan bulan, Wijaya secara diam-diam mulai menghimpun kembali sisa-sisa kekuatan Singhasari.

Wijaya diangkat menjadi pemimpin oleh sisa-sisa rakyat Tumapel. Kumpulan orang-orang yang memendam sakit hati kepada Jayakatwang itu menggantungkan harapan besar kepada Wijaya. Tarik kini menjadi basis kekuatan utama kaum pemberontak, yang menamakan diri mereka Laskar Majapahit.

Demikianlah yang terkisah dalam Kitab Pararaton. Sementara nama cikal bakal kerajaan Prabu Wijaya itu dalam bahasa sansekerta disebut Wilwatikta, yang juga memiliki arti sama, yakni Majapahit.

***

Di saat-saat malam, Wijaya selalu menyempatkan diri untuk melakukan meditasi, demi untuk meningkatkan kemampuan spiritualnya. Ia memiliki tempat khusus yang terpencil di tengah hutan, di mana ia melakukan pertemuan rahasia dengan seorang pertapa yang rahasia pula.

"Pengetahuan paling mendasar," tutur guru spiritual itu, "Yaitu kemampuan pertahanan alami manusia, yang telah mengalami seleksi alam selama ratusan ribu tahun, dan menjadikan manusia sebagai makhluk paling unggul di muka bumi!"

Suasana begitu hening. Langit di atas cukup cerah. Angin seolah beristirahat, tapi kabut dingin masih setia menyelimuti sejak gelap mendekap wilayah itu.

"Tubuh manusia sebetulnya secara alami memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Baik tanpa obat-obatan maupun tanpa ramuan rempah-rempah!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun