Ya ampun! Itulah akibatnya! Apes. Akibat sifat tamak, sehingga mengabaikan naluri. Tapi juga karena didukung niat mau menolong. Hiburku pada diri sendiri. Baiklah, aku pakai sendiri saja.
Setelah berterima kasih, aku bergegas kembali ke alun-alun, kendati kecil harapan bisa menemukan ibu penjual tadi. Kadang masih timbul ketidakikhlasan, terutama di saat sadar bahwa telah ditipu. Ditambah lagi saat ponsel itu kembali memberitahu ada pesan masuk.
Aku buka pesan yang kali ini bunyinya, 'Hei maling gak tahu malu pakai hp curian'.
Aku balas pesan itu, 'Bpk atau ibu, maaf ponsel ini baru saya beli, jadi saya tidak tahu kalau ini curian.'
'Maling pasti gak akan ngaku'. Jelas nadanya penuh emosi.
'Baik. Mari kita ketemuan saja. Terserah anda mau ketemu di mana. Silakan ambil hp anda. Terus terang saya tadi membelinya dua ratus ribu.'
'Gak usah. Aku gak butuh hp itu!'
Aku telepon nomor asing itu. Tidak diangkat. 'Tapi kalau anda gak butuh kok kirim pesan terus. Itu meneror namanya!' Pesan yang kukirim tidak dibuka. Lega rasanya. Semoga berhenti.
Sekitar sepuluh menit kemudian, ada pesan masuk lagi. 'Salah sendiri, kenapa beli hp dari maling!'
Aku telepon lagi. Tidak diangkat. Barangkali dia tidak berani. Bisa jadi dia seorang wanita.
'Saat ini saya di alun-alun, Mbak. Aku sedang cari penjualnya!' pesanku.