Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ponsel Terkutuk

30 Mei 2024   07:28 Diperbarui: 12 Juni 2024   10:37 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum ibu itu melangkah pergi, aku merasakan tatapan matanya yang aneh. Mungkin hanya perasaanku saja. Kuhabiskan bakso secepatnya, langsung meluncur mencari konter. Sore berhawa sejuk yang menggembirakan. Benar sebuah ungkapan yang berbunyi, 'Untung tak dapat diraih..', terusannya lupa. He..he..

"Beli kartu perdana, Mbak!" kataku setelah di depan konter.

"Silakan, Mas!" Gadis penjual mengarahkan ke etalase berisi deretan nomor perdana. "Ini yang nomor cantik!"

"Yang biasa saja, Mbak. Cuma untuk menghidupkan ponsel kok!" kataku sambil mengeluarkan ponsel yang baru kubeli.

"Tidak beli pulsa sekalian, Mas?"

"Sepuluh ribu saja. Oh iya, minta tolong dipasangkan ya, Mbak!"

Dengan jari-jemarinya yang lentik gadis penjual itu cekatan memasang sim card dan menghidupkan ponsel. Begitu hidup, secepat kilat langsung terdengar nada pesan masuk.

"Lho kok ada sms masuk?"

"Biasanya dari provider sim card, Mas!"

"Oh!" Aku keluarkan sisa-sisa penghuni dompet untuk membayar.

Tidak lama kemudian terdengar lagi ada pesan masuk. Aku lihat ada pesan dari nomor asing, bukan provider. "Ini sim card baru kan, Mbak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun