Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Pembajakan KRI

11 Maret 2021   11:57 Diperbarui: 11 Maret 2021   12:01 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://fineartamerica.com/art/paintings/warship

Sesuai dengan keadaan yang mendesak, KRI Nagasasra diperintahkan untuk berlayar siang malam dengan kecepatan penuh. Dalam perjalanan yang panjang itu, KRI Nagasasra cuma dapat kesempatan dua kali untuk berhenti, itu pun untuk bahan bakar dan perlengkapan lainnya. Selebihnya, cuma berlayar dan berlayar.

Sementara itu, berita dari tanah air terus masuk. Perang terbuka memang belum pecah tetapi tanda-tanda ke arah sana semakin jelas. Markas Besar secara tidak langsung terus mendesak KRI Nagasasra agar bisa tiba di tanah air tepat pada waktunya. Tepat pada waktunya di sini tentu saja diartikan sebelum perang terbuka pecah tetapi siapa bisa menentukan dengan pasti kapan perang terbuka akan pecah? Sekarang memang belum tetapi siapa yang tahu akan keadaan sejam kemudian? Diam-diam Letnan Kolonel Haryono sempat dibuat bingung juga dengan situasi semacam ini. Berkali-kali dia mencoba mengusir rasa tidak sabarnya tetapi berkali-kali gagal. Seandainya KRI Nagasasra bisa terbang, mungkin tanpa pikir panjang akan diterbangkan, sekali pun pendidikan penerbangan belum pernah diperolehnya.

Sekarang KRI Nagasasra sudah berlayar sehari semalam tetapi sisa jarak yang harus di tempuh masih lebih banyak. Tiba-tiba sebuah kabar cukup mengejutkan diantar sendiri oleh Perwira Radio ke hadapannya.

"Perang terbuka tampaknya segera akan pecah titik Bagaimana dengan anda tanda tanya Pacu kapal Anda secepat mungkin tanda seru Laksamana Budi Santoso titik"

Letnan Kolonel Haryono mengulangi membaca isi berita sebelum menyerahkan pada wakilnya.

"Bagaimana pendapatmu?"

Mayor Siswandi dengan tenang menjawab: "Mungkin kita harus   menanyakan pendapat Perwira Mesin! Apakah mesin kapal yang masih baru ini sanggup dipacu dengan kecepatan maksimumnya?"

"Baik! Panggil dia!" Mayor Siswandi mengiakan dan segera menjalankan perintah Komandannya. Semenit kemudian, Perwira Mesin datang menghadap.

"Perwira Mesin Kantono siap menerima perintah!" kata Perwira Mesin yang juga masih muda itu sambil menghentakkan kaki dan tangannya.

Letnan Kolonel Haryono mengangguk, membalas hormat sebelum berkata: "Dengan kecepatan ini bagaimana keadaan mesin?"

"Semua normal, Komandan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun