Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Berdamai dengan Dosa

16 Februari 2021   07:47 Diperbarui: 16 Februari 2021   07:54 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.saatchiart.com/

Wanita itu tidak melanjutkan kalimatnya. Benar-benar

sulit dipercaya cerita yang begitu menyeramkan meluncur keluar dari mulut mungil seorang wanita, dan bukan itu saja. Cara yang begitu enteng, seperti sedang membicarakan mode pakaian saja, benar-benar luar biasa. Tidak ada ketegangan sama sekali, kecuali sedikit kebimbangan yang memang sejak pertama tadi terlihat.

"Ternyata tidak enak menjadi seorang pembunuh!" wanita itu melanjutkan. "Saya selalu tegang dan risau. Perasaan berdosa dan bersalah berbaur menjadi satu dengan bayang-bayang saya. Mereka selalu berada di belakang saya, mengikuti saya kemana pun pergi dan ... yah, mereka terus-menerus mengingatkan saya pada kejadian itu. Berkali-kali saya mencoba berdamai dengan perasaan bersalah itu. Berkali-kali saya mencoba berdamai dengan perasaan berdosa itu tetapi saya tidak pernah berhasil, Romo. Itulah sebabnya, akhirnya saya memutuskan datang ke sini, meskipun saya bukan orang Kristen, apalagi Katolik."

Romo Paulus sama sekali tidak memperlihatkan perasaan hatinya. Wajah dan sinar matanya tetap dalam.

"Berilah saya petunjuk, Romo!" kata Titis akhirnya. "Saya tidak tahan berada dalam keadaan begini terus-menerus!"

"Tidak ada orang yang pernah berhasil berdamai dengan dosanya!" kata Romo Paulus. "Kesalahan dan dosa ada agar selalu bertolak belakang dengan hati nurani manusia. Sia-sia kalau engkau mencoba berdamai dengan dosa, anakku! Oh ya, bolehkan aku memanggil engkau dengan sebutan anakku?"

Titis mengangguk.

"Perdamaian dengan dosa adalah perbuatan sia-sia, anakku!" Romo Paulus melanjutkan.

"Lalu saya harus bagaimana, Romo?"

"Bertobat!"

"Bertobat? Saya tidak mengerti bagaimana cara bertobat, Romo!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun