"Menghentikan mesin utama dan jet pendorong?" ulang Kepala Mesin heran. "Tentu saja bisa, Kapten! Tetapi bukankah hal itu juga dapat dilakukan dari ruang kendali?"
"Coba kau matikan mesin utama dan jet pendorong! Sekarang!" perintah Nakhoda I tanpa memperdulikan pertanyaan Kepala Kamar Mesin.
"Anda bersungguh-sungguh, Kapten?"
"Tentu saja! Laksanakan segera!" bentak Nakhoda I.
"Siap, Kapten!"
"Bagaimana?" tanya Nakhoda I sepuluh detik kemudian. Tidak ada jawaban dari kamar mesin. "Hai, bagaimana?" teriak Nakhoda.
Sementara itu petugas lintasan menyerahkan laporan perhitungan lintasan kapal tanpa diminta. Wajahnya tampak tegang. Awak kapal yang lain pun tidak terkecuali. Tanpa melirik anak buahnya, Nakhoda I menerima kertas laporan tetapi tidak langsung membacanya. Perhatiannya tersita pada jawaban Kepala Kamar Mesin. Arjuna Tiga  tetap meluncur dengan perkasanya, tetapi bagi Kapten dan seluruh awak ruang kendali hal ini lebih dari pada sekedar teror menakutkan. Bagi mereka ini adalah neraka maut.
"Kapten!" suara Kepala Kamar Mesin terdengar bergetar, "kami tak berhasil menghentikan mesin utama dan jet pendorong. Semua komputer tidak berfungsi kecuali komputer penunjuk fungsi peralatan mesin."
"Bisakah engkau menghentikan mesin utama dengan cara manual?"
"Tetapi semua pengendalian disini menggunakan komputer, Kapten!"
"Aku tanya bisa tidak engkau menghentikan mesin dengan cara manual?" bentak Nakhoda I. Dia hampir kehilangan sikap profesionalnya.