Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Masa Depan: Planet Bumi Kedua

12 Desember 2020   16:46 Diperbarui: 12 Desember 2020   16:53 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.artmajeur.com/en/joxa-vi/artworks/13395446/mother-earth

Semua orang tersenyum dan mengangguk-angguk gembira kecuali Sandra. Ada banyak hal yang membuatnya tidak bisa ikut bergembira. Ada terlalu banyak misteri, ada terlalu banyak teka-teki. Sayangnya dia belum mampu menembusnya.

Dia sebenarnya masih ingin memikirkan dan menganalisa ulang rekaman dan catatan komputer SEQP-UN1-215, tetapi dia tidak bisa melakukannya sekarang. Dia harus mengkoordinir penyusunan laporan resmi. Setengah jam bukan waktu yang banyak. 

***       

          Pak Kawi dan anak sulungnya adalah nelayan karier. Artinya hidup mereka adalah laut. Pada lautlah mereka menggantungkan hari esok. Dalam setahun, hanya beberapa hari saja mereka terpaksa tidak melaut. Mereka terpaksa melakukan itu hanya ketika  gelombang badai mencapai puncaknya.

          Tetapi malam ini tidak ada badai. Laut tenang, angkasa indah penuh bintang. Bulan memang sudah tidak purnama, tetapi kilauan sinar emasnya masih tetap memantul indah di atas Pantai Selatan.

          Pak Kawi dan anak sulungnya sudah dua jam bergerak dari garis Pantai Selatan. Beberapa ikan dan kepiting tersangkut dijaring untuk angkatan pertama. Senyum mereka mengembang. Awal yang baik desis mereka dalam hati hampir bersamaan.

          Senyum mereka semakin mengembang ketika hendak melakukan angkatan jaring yang kedua. Terasa berat. Tentu lebih banyak ikan dan lebih banyak kepiting. Apa yang mereka perkirakan memang benar. Ada lebih banyak ikan dan lebih banyak kepiting tetapi juga ikut terangkat sebuah kotak logam berwarna kuning.

          "Hai apa ini?" tanya pak Kawi pada anak sulungnya.

          Sang anak menggeleng.

          "Tidak tahu pak!"

          "Meskinya kotak logam kan tenggelam tetapi mengapa yang ini justru melayang dalam air? Kalau tidak melayang kan tidak mungkin tertangkap bersama-sama dengan ikan dan kepiting?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun