"Kalau tidak ada kemacetan, paling cepat lima menit dia akan sampai. Sedangkan Menhan akan tiba lebih dulu. Mobilnya baru saja berbelok di tikungan depan. Beliau kebetulan sedang melintas di jalan paralel gedung ini ketika kita mengontaknya."
     "Boleh juga. Menhan berhak mengambil keputusan penting untuk proyek ini," koordinator berkata lemah. Bibirnya melontarkan seulas senyum. Semakin lengkap para pengambil keputusan berada di ruangan ini, semakin ringanlah tanggung jawabnya. Tugas memang masih banyak tetapi tanggung jawab akan semakin berkurang.
     Sesaat kemudian, seorang pria tampan yang tampak gagah dengan seragam bintang empat Angkatan Darat USA, melangkah masuk. Di belakangnya dua ajudan mengikuti dengan langkah lebar.
     "Analisis terakhir?" Menhan langsung bertanya tanpa basa-basi.
     "Tiga puluh detik lagi, Jenderal," wanita cantik yang tadi ditanya oleh koordinator mewakili menjawab. Keadaan berubah hening. Semua mata tertuju pada wanita cantik itu.
     "Yap," serunya tepat tiga puluh detik kemudian. "Sinyal bahaya itu asli dan akurat. Tes yang saya lakukan mengkonfirmasinya."
     "Rincian masalahnya?"
     "Daya tarik planet yang sedang didekati SEQP-UN1-215 tampaknya lain dari lain. Pesawat kita melaporkan bahwa kemungkinan besar ia sulit melepaskan dari daya tarik ini."
     Menhan mengerutkan keningnya.
     "Alasan spesifiknya? Berapa besar gravitasi planet itu?"
     Setelah menekan beberapa tombol di keyboard komputernya, dengan suara sedikit ragu-ragu dia menjawab: "Sama dengan bumi, Jenderal."