Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Masa Depan: Sebuah Penculikan

11 Desember 2020   12:51 Diperbarui: 11 Desember 2020   13:18 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan saja mereka mau, mereka bisa menculik orang yang dikehendaki dan memeras dirinya! Sekali lagi Doktor Santoso menghela nafas. Menghadapi manusia jauh lebih sulit dan lebih rumit dibandingkan dengan menghadapi peralatan termodern sekalipun.

Bagaimana kalau dia menolak? Doktor  Santoso menggelengkan kepalanya. Dr. Wahyudi tidak boleh jatuh ke tangan lawan. Penjahat-penjahat itu mungkin tidak akan membunuhnya, tetapi menyiksanya sudah pasti. Sementara keterangan di kepala Insiyur itu akan dibeli dengan harga berapa pun juga oleh mereka yang membutuhkan. Inilah yang tidak dikehendakinya.

Tidak ada pilihan baginya kecuali bekerja sama. Kalau seandainya mereka berkhianat, juga tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan mereka seluruhnya. Agen-agen keamanannya kali ini mungkin berhasil dikelabui tetapi tidak lain kali.

"Bagaimana aku bisa yakin kalau kalian tidak akan mendatangkan kesulitan berikutnya pada kami? Yang ini saja, padahal kalian belum bekerja sama dengan kami, kalian sudah menggunakan cara yang tidak benar. Siapa yang akan memberi jaminan kepadaku, tindakan semacam ini tidak terulang lagi?"

"Memang tidak ada jaminan untuk anda, Doktor! Tetapi nyawa Dr. Wahyudi dan rahasia penting proyek ini yang saya jadikan jaminan. Doktor, jelek-jelek begini kami masih punya rasa kebangsaan yang tebal! Kami tidak akan menjual negara kami pada orang lain, kecuali ... yah, kecuali anda memojokkan kami sehingga kami terpaksa melakukan hal itu. Percayalah Doktor, kami ingin kembali ke jalan yang benar. Kami ingin ikut terlibat dalam pengabdian ini!"

Doktor Santoso merenung sejenak, sebelum akhirnya mengangguk.

"Baiklah kali ini kalian kuberi kesempatan meskipun kalian menggunakan cara yang aku tidak suka. Kalian akan menjadi petugas keamanan yang langsung berada di bawah Komandoku. Tetapi ingat, cuma sekali ini saja kalian kuberi kesempatan semacam ini. Tidak ada yang kedua kalinya. Aku berjanji akan menghancurkan kalian sampai berkeping-keping, kalau tawaran kalian cuma untuk menipuku."

"Jangan khawatir Doktor," suara dalam alat komunikasi itu terdengar riang. "Kami akan mengabdikan seluruh hidup kami untuk kepentingan proyek ini. Satu hal lagi Doktor, kami mohon anda usahakan agar polisi tidak lagi mengejar-ngejar kami. Kami tidak bisa bekerja dengan tenang kalau mereka itu masih terus mengejar-ngejar kami seperti mengejar-ngejar anjing geladak. Tidak sulit, bukan?"

Doktor santoso menggigit bibirnya karena gemas. Benar-benar kurang ajar mereka ini. Tetapi dia sudah terlanjur. Tidak ada jalan lain kecuali jalan terus dengan harapan semuanya lancar dan baik.

"Tetapi jangan coba-coba menipuku lagi, keparat! Akan kukejar-kejar kalian sampai mau mati pun kalian tidak bisa!" desis Doktor Santoso pada dirinya sendiri. Dia memang tidak perlu menjawab permintaan terakhir kelompok kurang ajar itu, karena toh dia pasti setuju. (R-SDA-10012020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun