Sementara itu di mobil Dr. Wahyudi.
"Mereka pasti mengira Dr. Wahyudi ada dalam mobil ini!" salah seorang dari empat orang itu berkata. "Biarkan kesan ini mereka percayai selama mungkin. Sebentar lagi pasukan mereka akan meluruk datang kemari dan mengepung kita. Hmm, sedangkan Dr. Wahyudi sekarang ini mungkin sudah terbang."
"Mereka mungkin akan langsung membunuh kita!" yang lain menimpali.
"Tidak usah khawatir," kata yang mengemudi. "Kalau pimpinan menghubungi mereka, selembar rambut pun mereka tidak akan berani mengganggunya!"
"Kau percaya mereka akan menuruti semua permintaan pemimpin kita?"
"Ya," jawab si pengemudi tegas. "Dr. Wahyudi orang penting bagi Stasiun Bumi No 03. Apapun yang diminta akan diberikan. Bahkan aku yakin mereka tidak akan berani menyiarkan masalah ini ke mass media karena kalau hal itu dilakukan, keadaan menjadi semakin sulit diselesaikan. Juga aku tidak yakin Doktor Santoso akan memberi tahu pihak pemerintah selama dia merasa masih sanggup menyelesaikan masalah ini. Doktor Santoso tentu tidak ingin mendapat kecaman karena serombongan penculik mampu menembus sistem keamanan dengan mudah. Kau pikir dia berani gembar-gembor sementara dirinya juga yang akan menerima getahnya?"
Teman-temannya mengangguk-angguk. Setuju dengan pendapat itu.
Dua mobil berkecepatan tinggi itu beriringan menembus kegelapan malam. Dua orang di mobil depan menunggu perintah dari pusat. Ketika perintah itu datang, mereka berdua sempat dibuat terkejut setengah mati.
Doktor Santoso sendiri yang berbicara.
"Dari Pusat pada agen No 13. Ulangi, dari Pusat pada agen no 13. Anda berdua dipersilakan mematikan sinyal Siaga Satu dan segera kembali ke markas. Jangan melakukan tindakan apapun. Ulangi, jangan melakukan tindakan apapun. Ganti!"
"Tetapi ...."