***
Langit merah sudah berubah. Sinar matahari masuk ke kamar, memantul dari cermin, membuat seluruh ruangan terang benderang. Dua cicak di pojok atas ruangan entah sejak kapan sudah tidak terlihat.Â
Hanya ada Rantri dan sinar matahari. Hanya ada jendela dan pintu yang seakan-akan ikut menunggu. Lalu semuanya berbaur menjadi satu termasuk dendang dan senandung rindu.
Sementara kemersik daun bambu jauh di pojok halaman rumah yang awalnya diam membisu, sekarang ikut menaburkan rona-rona biru, kala sang bayu melenggang datang ikut meramaikan suasana sendu.
Langit hening, awan berkilau putih dengan latar belakang warna biru. Waktu berlalu dan merangkak naik sebelum warna putih dan biru perlahan berubah menjadi kelabu. Dendang dan senandung rindu terus saja seperti ditabuh bertalu-talu, tetapi Rantri tidak lagi pernah mendengar panggilan 'dik' berkumandang di rumah itu.
SDA-26052015Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI