Mohon tunggu...
Tri Atmoko
Tri Atmoko Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Satwa Liar

Pengalaman menelusuri hutan, berbagai pengetahuan alam dan satwa liar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rumah Panjang, Simbol Kehidupan Kolektif dan Identitas Budaya Dayak

20 November 2024   08:23 Diperbarui: 20 November 2024   16:13 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Panjang/Lamin di Desa Setulang, Malinau, Kalimantan Timur (Sumber: Dok Pribadi)

Akibatnya, rumah panjang sering kali ditinggalkan, sehingga bangunan fisiknya mengalami kerusakan karena kurangnya perawatan.

2. Tekanan Ekonomi

Tekanan ekonomi juga menjadi tantangan besar bagi pelestarian rumah panjang. Faktor-faktor ekonomi yang berkontribusi terhadap tantangan salah satunya biaya perawatan. Rumah panjang membutuhkan perawatan rutin, terutama pada bagian kayu, atap sirap, dan lantai yang rentan terhadap cuaca.

Biaya perawatan sering kali terlalu mahal bagi masyarakat yang hidup dari hasil pertanian subsisten. Tidak banyak bantuan dari pihak luar, termasuk pemerintah, untuk mendukung renovasi atau pemeliharaan rumah panjang.

Beberapa keluarga bahkan menjual kayu atau bahan bangunan rumah panjang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yang semakin mempercepat degradasi struktur bangunan.

3. Pengaruh Urbanisasi

Urbanisasi yang terjadi di Kalimantan telah mendorong banyak generasi muda Dayak untuk merantau ke kota demi pendidikan atau pekerjaan. Fenomena ini menyebabkan berpindahnya generasi muda. Generasi muda yang tinggal di kota sering kali tidak kembali ke rumah panjang, sehingga rumah tersebut kehilangan fungsi sebagai tempat tinggal kolektif. Dengan perpindahan generasi muda ke kota, pengetahuan tentang nilai-nilai, tradisi, dan cara hidup di rumah panjang mulai terkikis.

4. Kerusakan Lingkungan

Rumah panjang tradisional dibangun menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu ulin dan rotan yang diambil dari hutan sekitar. Namun, kerusakan hutan akibat penebangan liar, perkebunan kelapa sawit, dan tambang telah menyebabkan kesulitan mendapatkan bahan baku. Kayu ulin, yang dulu melimpah, kini menjadi langka dan mahal. Hal ini menyulitkan perbaikan atau pembangunan rumah panjang baru.

Penggundulan hutan dan pembangunan infrastruktur sering kali mengubah lanskap desa, membuat lokasi tradisional rumah panjang kurang cocok untuk dihuni.

5. Kurangnya Kesadaran Akan Nilai Budaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun