Di beberapa tempat di ketinggian di pulau ini tertutup dengan bebatuan yang terbentang luas. Pemandangan laut lepas terbentang luas dari tempat ini. Angin bertiup tanpa henti, sejuk memang namun kami menyadari panas matahari yang sebenarnya terik pasti akan membakar kulit kami. Dari sana kami bisa menikmati birunya langit dan samudera luas. Sungguh indahnya pulau ini.
Dan benar saja, beberapa hari saja sudah nampak kulit dan wajah yang mulai gelap.
Hampir tiap hari kami menikmati beranekaragam jenis ikan laut sebagai menu makan harian. Mulai dengan dibakar, direbus, dan digoreng. Sampai bosan rasanya.
Tidak terapa akhir ekspedisi telah tiba, saatnya berpisah dengan Pulau Pejantan. Berpisah dengan Lebo, Pak Masyur, seluruh warga Pulau Pejantan dan berpisah dengan mata polos anak-anak di sana.
Fakta-fakta lapangan sudah kami dapatnya sebagai laporan ke pimpinan dan Bu Menteri. Kami semua besyukur perjalanan yang Panjang, menegangkan dan penuh bahaya itu telah tuntas dilaksanakan.
Sepeninggal kami, Pulau Pejantan tetap masih banyak menyimpan misteri.
Kisah kami tersimpan dengan baik di bawah ini:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H