"Misi kaak...."Â Â
Suara gadis kecil di sampingnya memecahkan lamunan Mentari. Ternyata dia adalah seorang pengamen cilik. Gadis kecil itu menyanyi dengan menggunakan gitar ukulele. Mentari memperhatikan sejenak melihatnya dari atas ke bawah, mungkin usia gadis kecil itu sekitar enam tahun. Tidak terlalu kecil, namun belum cukup umur juga untuk berkeliaran mengamen sendiri pikirnya.Â
Sembari gadis itu bernyanyi, Mentari merogoh kantongnya dan mengambil beberapa koin kembalian dari makanan yang dia beli di kedai ini. Dia memberikan beberapa koin kepada gadis kecil tersebut. Setelah menerima uang, gadis kecil itu tidak langsung beranjak pergi. Dia menunduk cukup lama memandang ke arah meja makan tempat Mentari meletakkan minuman dan makanannya. Wajahnya terlihat begitu murung, namun juga seperti ingin menyampaikan sesuatu. Mentari merasa heran, lalu bertanya ke gadis kecil tersebut.Â
"Kenapa, dek? Uangnya udah kan?" tanya Mentari dengan lembut.Â
Gadis kecil itu tidak langsung menjawab. Setelah terdiam sebentar, dia baru berbicara.Â
"Hmm..kak, aku boleh minta rotinya satu aja? Yang kakak lagi makan juga nggak apa-apa"Â gadis itu bicara dengan sungkan dan ragu-ragu.Â
Mentari tertegun ketika mendengarnya. Rupanya gadis kecil ini begitu kelaparan. Mentari berpikir pasti dia belum makan daritadi. Ia merasa sangat iba, membayangkan betapa putus asa dan kelaparannya anak ini sampai meminta makanan sisa darinya.Â
"Ya ampun, kamu belom makan dari kapan emangnya?"Â
"Dari kemaren siang kak"Â ekspresi gadis kecil ini terlihat semakin sedih.Â
"Eh, yaudah..ini, ini buat kamu"Â Â
Mentari memberikan gadis kecil ini roti yang masih terbungkus dan belum dia makan. Kemudian Mentari mengajaknya untuk duduk di depannya dan makan bersamanya. Mentari juga memesan satu lagi kotak susu dingin untuk gadis kecil ini. Ekspresi gadis kecil itu berangsur-angsur terlihat berubah menjadi lebih cerah saat Mentari memberikannya makanan dan minuman. Setelah selesai makan dan minum susu, Mentari mengajak gadis kecil itu berbincang-bincang.Â