Mohon tunggu...
Tria saputri simamora
Tria saputri simamora Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Karena semua ruang memiliki kisah, maka mencoba merawat semua melalui tulisan. Bagi yang mau beri saran dan kritik dapat email ke triasimamora5@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cermin Kehidupan

22 Oktober 2016   10:50 Diperbarui: 31 Oktober 2016   13:54 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dermawan          : Begini bu, saya merasa tersentuh tiap mendengar ceramah ibu tentang, bahwa kita harus melakukan kebajikan. Dan kali ini saya ingin berbagi dari sebagian harta saya untuk pembangunan rumah ibadah bu. Walaupun jumlahnya tidak banyak, saya harap ini bisa berguna bu, ( sambil menyerahkan uang)

Ahli Agama         : saya bersyukur masih ada jiwa-jiwa penolong seperti ibu, saya pastikan uang ini akan akan sangat berguna bagi sarana prasarana rumah ibadah.

Dermawan          : Syukur kalo begitu, kalau begitu saya pamit dulu bu. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

Ahli Agama         : baik bu, saya juga mengucapkan terima kasih juga atas kebaikan ibu.

Dermawan meninggalkan panggung, tertinggal ahli agama di panggung dan music berubah menjadi tegang

Ahli agama          : Dasar orang-orang bodoh!, dengan modal topeng ini saya bisa mengelabui mereka. Persetan dengan kebaikan dan kebajikan. Memangnya saya tak butuh makan, saya juga ingin merasakan nikmatnya dunia. Apa saya salah? Hah!

Saya harus tetap mempertahankan topeng saya ini, dengan berpura-pura seperti ini, pundi-pundi harta saya akan bertambah banyak. dan mereka akan terus beranggapan bahwa saya adalah orang yang suci dan terus-menerus akan menuruti apa yang saya katakan.. hahahaha (berkata dengan nada licik)

Black out

Lalu di tengah panggung sudah ada sosok penyadar duduk sambil tertawa terpingkal-pingkal

Penyadar             : Hahahah…hahaha, betapa lucunya negeri ini. Kalian lihat bagaima mereka menyebut dirinya sebagai panutan, sebagai penegak, sebagai penyebar kebajikan!  Cuehhhh!!! Lihat saja ketika matanya melihat uang, dengan bangga kebenaran yang mereka tegakkan mereka hancurkan oleh liciknya pemikiran. Dan mereka bangga dengan hasil yang mereka dapatkan dari perbuatannya itu. Apa mereka tidak berpikir bahwasanya Tuhan selalu ada untuk melihat umatnya, atau memang mereka tidak menganggap bahwa Tuhan itu ada, hingga hati mereka dibutakan oleh uang. Biadab!

Black out

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun