Mohon tunggu...
Dewy Trinra
Dewy Trinra Mohon Tunggu... -

Belum bisa mengdeskripsikan diriku sendiri tp yg aq tahu aku bahagia dengan kehidupanku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Darahku dan Cintamu

11 November 2012   05:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:38 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seminggu kakak ambil cuti dan seminggu lagi kakak temui aku tiap pulang jam kerja"

Aku tahu Eka punya unag lebih dari yang ku miliki, dia tidak mungkin menukar cincinku dengan uang namun kenapa harus aku yang menemaninya. Permintaan yang harus ku terima dan menelannya seperti pil pahit yang dicekok kedalam mulutku secara paksa.

***

Hari pertama dengan hati setengah ikhlas, aku menjemput Eka dengan sepeda motor buntutku. Dia terlihat bahagia di atas penderitaanku, gadis imut aneh yang pernah ku temui.

"Biar aku yang menyetir mobilnya"

"Maaf kakak, Eka mau naik motor kakak saja"

Lagi dan lagi permintaan yang aneh, dia tidak memilii pergi dengan mobil mewahnya dan sekarang memilih naik motor bututku. Motor yang ku pastikan dia akan kepanasan dan tekena debu. Sungguh aku tak pernah bisa menebak jalan fikiran gadis ini. Sepanjang perjalanan dia berbicara dari saat dia kecil sampai dia duduk di atas motorku sungguh dia berkicau tanpa lelah seperti burung beo yang kegirangan dan aku hanya menjadi pendengar yang baik, membuatku merasa bosan menelusuri jalan menuju TPU jeruk purut.

Aku merasa ada yang aneh dalam fikiran gadis ini, ia mengajakku kedalam pemakaman, entah siapa yang ia kunjungin namun ku lihat raut wajahnya yang begitu bahagia saat tepat berada depan sebuah makam yang cantik. Dia mengucapkan salam dan mencium batu nisan bertuliskan nama Wendra, wafat 31 Januari 2011. Aku tak tahu makam siapa yang dikunjungi gadis aneh ini, aku tak berniat bertanya padanya dan ku lihat dia pun larut dalam doa dan mata yang sembab sangat jelas kalau yang terbaring di atas batu nisan ini adalah orang yang sangat ia sayangi. Tak lama kemudian kami melanjutkan perjalanan, aku seperti pengawal yang bodoh menemani seorang princess hanya bisa mendengar semua perintah dan mengiyakan permintaan itu hanya demi sebuah kenangan yang konyol untuk cincin yang tak mampu ku pakaiankan ke jari manis Ocha.

Aku parkirkan kembali motorku pada pusat perbelanjaan, Eka menarik tanganku tanda ia tak sabar untuk berbelanja ria, nafsu seorang wanita saat dihadapkan dengan tempat yang namanya shopping itulah surga dunia wanita. Eka memasuki brand pakain pria yang mahal, tak heran karena dia adalah seorang anak orang kaya nominal harga bukan masalah buatnya namun yang mengherankan semua belanjaannya hanya untukku, semakin aku menolak pemberiaanya semakin ia menggila berbelanja, sungguh wanita aneh yang Tuhan hadapkan padaku. Dia merubah style ku dalam jentikan jarinya, memotong rambutku dan membentuknya seperti model boy band korea untuk pertama kalinya rambutku tersentuh perawatan salon, dari ujung rambut sampai ke ujung jari telah dipoles sesuai keinginannya dan ia hanya menyuruhku diam. Saat ku temukan diriku dengan penampilan baru bagai model dadakan ia tersenyum manis dan sangat manis, ku dengar ia hanya berkata "Lumayan ganteng juga" hatiku seperti kembang kempis, Eka memang sangat aneh dan sulit ku tebak. Dia seperti gadis imut yang selalu berbalut rasa ceria, tersenyum dan senang seakan ia tak pernah dihadapkan dengan masalah yang rumit.

Tak terasa dua minggu sudah kami melewati hari-hari yang menyenangkan, waktu yang singkat namun tanpa sengaja ia perlahan berhasil membuatku lupa akan cincin buat Ocha dan rasa sakit di hati perlahan mulai terobati, ia memberi warna baru dalam warna-warni perjalananku warna yang begitu cerah. Malam ini aku kembali kerumahanya, diruang tamunya meminta kembali cincin kenanganku sebagai upah telah ku jalani permintaannya selama dua minggu namun dalam hatiku masih tetap ingin bersamanya bukan karena perjanjian kami namun ada hal yang tak ku mengerti dari mana asalnya, aku selalu ingin bersamanya.

"Kakak Dirhan!" ia menyapaku dengan senyuman khasnya, begitu manis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun