Mohon tunggu...
Vicio Rizky Damar
Vicio Rizky Damar Mohon Tunggu... -

i'm only student at senior high school

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menguak Gejolak Kyoto Part 2

14 April 2014   03:04 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:43 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku sudah menghampiri rumahnya, tapi yang ada malah para ninja. Saat aku melihatmu, segera saja kuikuti. Dan ketika engkau bersama perempuan itu, entah mengapa wajahnya mirip sekali dengan Ai-chan. “

“Yah, mungkin saja dia adalah Ai-chan. Tapi, aku tak begitu yakin jikalau ia Ai-chan, meski …. “

Aku mulai merasa sulit untuk berbicara. Tak kulanjutkan lagi pembahasan mengenai dia. Entah apakah Airen adalah Ai-chan, orang yang telah membuatku berjanji untuknya. Aku sendiri seolah telah hancur saat mengetahui kampung halamanku telah diserang para ninja. Ditambah oleh musuh yang akan kuhadapi kali ini. Hana mengerti keadaanku. Ia pun tak lagi melanjutkan perkataannya yang tadi.

“Dan engkau sudah mendengar pembicaraan kami? “

“Ya. Bisakah engkau memberiku rencana tentang apa yang akan kamu lakukan untuk mengalahkan para Ninja? “

“Rencanaku, aku akan berkunjung ke Kobe, Yokohohama, Kofu, dan Hokkaido, untuk meminta bantuan teman-temanku. Lalu, berikutnya, bersama mereka, kami akan menuju Nagasaki, untuk mempersiapkan orang-orang yang bersedia menjadi prajurit. ”

“Hmm, rencana yang sulit. Tapi, aku akan tetap mendukungmu. Besok pagi aku akan menunggu di pos Barat, tak jauh lokasinya dari rumah ini. Jangan sampai telat ya. “ setelah berbicara, ia pun melepaskan ciuman ke bibirku. Hanya sebentar, lalu ia membelakangiku dengan wajah tersenyum dan pipi yang memerah, sebelum ia pergi sekejap. Cepat, hingga bayangannya seolah hilang tertelan kabut yang menutupi rembulan.

Ia hanya meninggalkan beberapa gagak, yang terlambat untuk mengikuti pergerakannya. Gagak-gagak itu lalu terbang, menerobos kabut yang menutupi bulan. Aku hanya bisa membalas senyumnya, sembari menatapi tingkah para gagak itu.

“Kamu benar-benar tak berubah, Hana. Masih tetap sama seperti dulu.“

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun