“Ya, sudahlah. Kalau belum, aku takkan mungkin sampai kesini. Atau, aku bakal jadi hantu, terus kuhantui deh kamu. “ candaku, dengan memasang mimik muka seram.
“Ih, jangan menakut-nakuti aku deh, Rizuki. Sudah tahu aku takut dengan hal-hal seram. “
“Lebih seram kamu deh, bisa membunuh orang dengan tantoÂ-mu itu. “ kami pun tertawa kecil dengan obrolan kami sendiri.
“Ngomong-ngomong apakah engkau masih tinggal disini? “ kumulai pembicaraanku dengannya. Tapi, tiba-tiba raut wajah Hana berubah menjadi murung.
“Sejak perang tiga tahun lalu, aku sudah pindah ke Osaka, bersama kakak. “
“Apakah kamu tahu siapakah pemimpin para ninja dari Nagoya itu? “ ia hanya bisa bergeming. Sesaat ia memejamkan mata, memikirkan siapa tokoh dibalik perang itu.
“Seingatku, menurut desas-desus yang beredar dia bernama Tatsumi Genji. “
Mataku terbelalak mendengar nama Tatsumi Genji. Namanya seolah membuatku merasa merinding dan shock. Bagaimana tidak, tiga kota telah ia kuasai. Sebelum Kyoto, Hiroshima, Fukui, dan Mito ia taklukkan. Sedangkan aku? Aku baru bisa menguasai Nagasaki, yang notabene relatif terpencil dan belum banyak penghuninya.
“Rizuki, apakah kau tak melihat atau mendengar kabar Ai-chan? “ tiba-tiba ia mengubah alur pembicaraan. Sontak, aku tak bisa bilang apa-apa selain diam. Aku hanya bisa bingung dan gundah, merisaukan keadaan Ai-chan saat ini.
“Rizuki, jawablah pertanyaanku! “ ujarnya disertai suara keras, membuat tersadar dari lamunanku.
“Maaf, aku baru sampai disini. Jadi, aku belum bisa mencari keberadaannya. Apakah kamu sudah menghampiri rumahnya? “