Hari mulai sore, udara pegunungan mulai terasa dingin. Medan untuk menuju pos satu sudah mulai terjal dan susah untuk dilalui. Ketua rombongan mengintruksikan agar berhati-hati, jaga jarak dan berpeganagan pada tali yang dipasang oleh tim pendaki yang sudah duluan berada di atas.
"Sebentar lagi kita sampai di Pos Bajuri. Ayo semangat kawan, rasakan sensasinya. Gimana rasanya naik gunung, enak bukan?" kata Fikar, memberi semangat kepada pendaki pemula.
"Subhanallah, luar biasa Bang. Baru kali ini aku menemukan tantangan seberat ini," kata Alif, sambil meringis menahan sakit akibat terpeleset dan tergores sikunya.
"Ayo, kite istirahat dulu di Pos Bajuri. Elu pade  kudu istirahat dulu, biar tidak terporsir energinye," kata Bang Zaen, memberikan kelonggaran untuk istirahat.
Kabut sudah mulai turun, pemandangan terhalang oleh tebalnya kabut yang menyelimuti permukaan gunung. Tetapi pemandangan dibawah masih terlihat dengan jelas. Cahaya lampu kota terlihat dengan jelas berdereret dengan rapih. Begitu indah pemandangan kota bogor yang penuh dengan gebyar cahaya lampu. Di atas gunug salak pemandangannya begitu menakjubkan.
Semua mata pendaki menerawang ke seantero kota bogor dan sekitarnya. Tidak bosan melihat pancaran sinar yang gemerlap, sambil menghirup udara pegunungan yang sejuk menembus lapisan dalam kulit, lupa dengan semua permasalahan kuliah yang selama ini menjadi tanggungjawabnya.
Alif bergumam dalam hati, melihat pemandangan menakjubkan penuh dengan lukisan alam yang sangat rapih dan indah.
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
"Masya Allah la quwwata illa billah."
Lama Alif termenung, sambil mulutnya berzikir, matanya menerawang ke tempat yang sangat jauh, sampai titik batas penglihatan. Dalam bayangannya, mencari tempat dimana ia dilahirkan dengan tanpa mempedulikan arah mata angin. Tetapi dengan mata hatinya bisa membayangkan letak bayang-bayang kampung halaman, beserta sosok Abah dan Emih yang  tersenyum kepadanya.
"Ayo bangun, kita persiapan menuju Pos dua. Cek semua perlengkapan yang dibawa, jangan samapi tertinggal," kata Fikar, memberi aba-aba untuk melanjutkan pendakian.