Mohon tunggu...
Toto Karyanto
Toto Karyanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bukan yang banyak pasti baik, tapi yang baik pastilah yang banyak.

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tangis Seorang Guru Tua (Bagian II)

3 Desember 2009   21:46 Diperbarui: 10 November 2018   02:11 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama teman-teman guru sepulang dari perantauan. Ibu Atiatoen paling kanan (1953)

" Ananda Ilah. Ini tugas negara. Pandai-pandailah membawa dirimu", hanya pesan itu yang dikatakan oleh Ibu Sanyoto sambil menyerahkan kembali surat perintah kepada Ilah. Mereka berdua pamit mundur. Ilah bergegas menuju kamarnya untuk berbenah.

***

Perjalanan ke Mojokerto dilakukan bersama mBak Tien dari SMA Kotabaru dan dikawal pasukan Tentara Pelajar yang dipimpin mas Poer. Selepas siang, rombongan ini memasuki wilayah hutan jati Caruban. Tak seberapa lama berselang, kereta melambar dan berhenti. Mas Poer yang sejak tadi duduk bersama kami bergegas ke luar gerbong satu-satunya pada rangkaian kereta rombongan khusus ini. 

Di balik rerimbunan pohon jati, muncul sejumlah orang bersenjata parang dan bambu runcing. Kemudian mereka telah berada dalam posisi siap menyerang. Mas Poer memberi perintah kepada anak buahnya untuk menahan diri. Entah dari mana asalnya, suara perintah mundur bagi para penghadang begitu keras terdengar. 

" Rek podho munduro..iki konco dewe (teman-teman.. mundur........ini teman kita juga ..)". 

Dalam sekejap, para penghadang telah menghilang. Peristiwa menjadi kenangan khusus bagi Ilah setelah mengikuti latihan dasar kemiliteran tiga hari sebelum penugasan lapangan pertama kalinya. Kereta berjalan lebih cepat setelah meninggalkan stasiun Madiun. Ada tambahan sekitar duapuluhan orang anggota TRIP yang diberangkatkan dari  stasiun Madiun. Suasana menjadi ramai dengan celoteh dan gurauan khas Jawa Timuran. Tanpa terasa, sekitar jam 8 malam kami sudah sampai di stasiun Mojokerto. 

Selanjutnya, kami berganti truk untuk melanjutkan perjalanan ke twempat yang dituju. Ternyata, rumah sakit darurat yang digunakan untuk merawat para korban Pwertwempuran 10 November 1945 di kota Surabaya adalah asrama putri Sekolah Katholik di Mojoagung. Malam pertama seluruh rombongan dari Jogja beristirahat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun