Mohon tunggu...
Topik Irawan
Topik Irawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Full Time Blogger

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sikap Perilaku Budaya Siaga Bencana dalam Bingkai Sandiwara Radio BNPB

17 September 2016   22:34 Diperbarui: 25 September 2016   22:23 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sutradara,penulis cerita dan pemain ADB didapuk poto bersama (Dokumentasi Pribadi)

Meski berada di tepi bencana, sekalipun berkali kali di hajar petaka bernama bencana alam yang beragam seperti letusan gunung berapi,longsong, gempa bumi hingga banjir namun ternyata itu tak menyurutkan rasa kapok dan meningkatkan menjadi sebuah siaga bencana, semua hal tentang bencana meski dalam skala besar dan memporak porandakan apapun yang kita miliki, namun seiring berjalannya waktu maka sejak itu pula kita lupa pernah mengalami musibah yang mengerikan.

Dari 25 buoy tsunami yang tersebar di nusantara, hanya tiga yang berfungsi sisanya sudah rusak.Buoy tsunami di jadikan mainan bocah dan ada juga yang di tarik nelayan di kira benda yang tak bertuan, nasib yang tak lebih baik juga di alami dengan LEWS(Landslide Early Warning System) Sistem Peringatan Dini Longsor yang semestinya bermanfaat agar masyarakat lebih waspada ketika bahaya longsor datang, namun apalah daya piranti LEWS berdiri dengan status menyedihkan sebagai tempat berbagai jemuran pakaian yang di gunakan penduduk setempat.

Indonesia memang di karunai tanah yang subur, gunung yang tersebar di hampir kepulauan, hutan tropis nan cantik, lautan membiru penuh pesona, sebuah anugerah yang tak bisa kita tolak dari Tuhan Yang Maha Esa, namun di balik semua kecantikan alam yang di miliki bangsa ini ada satu hal yang semestinya di waspadai. Fakta bahwa Indonesia mempunyai 127 gunung api yang aktif, 153 kota/kabupaten zona bahaya tinggi gempa dengan cakupan populasi sebanyak 60,9 juta jiwa.

Hutan tropis Indonesia yang sering di salah gunakan untuk di jadikan perkebunan, namun apesnya cara cara primitif dengan membakar hutan menjadikan Indonesia sebagai pengekspor asap bagi negara negara terdekat, asap pekat tentu saja mendegradasi lingkungan yang terdampak bencana. Tahun lalu bencana kebakaran hutan berdampak pada 24 orang meninggal dunia, kerugian ekonomi di taksir sekitar 221 triliun, ini uang lho bukan daun!

2,61 juta hutan hektar hutan dan lahan terbakar,lebih dari 60 juta jiwa terpapar asap, 600.000 jiwa menderita ISPA, kebakaran hutan ternyata nyaris melumpuhkan beberapa provinsi di Indonesia, soal siapa yang bertanggung jawab dan proses hukum bagi pelaku pembakar hutan seakan samar di makan waktu. Bencana kebakaran hutan, letusan gunung berapi, bahayanya tsunami, tanah longsor seakan hanya ramai ketika bencana terjadi namun setelah itu kehidupan pun biasa kembali dan akan ramai lagi jika bencana kembali bertamu.

BNPB, Blogger Dan Pentingnya Informasi Seputar Bencana Alam

Sore yang hangat di sekitar kawasan Cawang, sebuah bangunan menjulang dengan tulisan Teras Kita terlihat di perempatan Cawang, beruntung penulis cepat menemukan lokasi di mana ada kegiatan nangkring, thank Mas Firman Bule dan Mas Tauhid Bule yang akurat memberi alamat lokasi. Memasuki ruangan ternyata acara belum di mulai tetapi sudah banyak juga blogger yang hadir.

Mas Raja terlihat sibuk karena nara sumber telah hadir , ada  Soetopo Poerwo Nugroho(Kapusdatin Humas BNPB), S Tidjab penulis sandiwara radio dan Akhmad Zaini yang di kenal sebagai praktisi radio, sutradara sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana dan moderator Lastboy Tahara. Perbincangan tentang upaya BNPB untuk mensosialisasikan tentang pengetahuan seputar bencana.

Menurut pria yang lahir di Boyolali, 7 Oktober 1969. Penting bagi BNPB untuk terus melakukan sosialisasi dan kini BNPB pun menggandeng para blogger agar sikap, perilaku budaya siaga bencana teroptimalkan mengingat para blogger pun merupakan mata rantai dari informasi. Untuk saat ini perilaku budaya siaga bencana bagi sebagian masyarakat Indonesia belum terasa menggema. Salah satu upaya BNPB untuk terus menggalakan budaya peduli bencana adalah dengan mengkonsep sebuah sandiwara radio yang akan di putar oleh 20 radio di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan juga daerah Jawa Barat.

Optimisme Radio Masih Ada Pendengar Setianya Diantara Gempuran Internet

 Di era tahun 80an hingga 90an radio adalah mendapat tempat di hati, puluhan sandiwara radio menjadi legenda di zamannya, maka tanyalah kepada orang orang yang mengecap era tersebut, sebutlah judul judul sandiwara radio yang begitu epik di masanya, lalu meluncur dari jawaban mereka, judul sandiwara radio Tutur Tinular, Saur Sepuh, Ibuku Sayang Ibuku Malang hingga Butir Butir Pasir Di Laut.

Selain judul sandiwara radio yang melegenda, nama nama seperti Ferry Fadli, Elly Ermawati, Ivana Rose, Edi Dosa dan juga M Aboed menjadi idola karena peran mereka dalam sandiwara radio. Kenapa BNPB seperti berjudi untuk memilih radio sebagai sarana informasi dan edukasi tentang bencana? Padahal untuk saat ini beragam informasi bisa di dapat dengan mudah, era televisi swasta begitu mendominasi belum lagi akses internet yang secara real time bisa di nikmati dengan segera, mengapa harus radio? Ada apa dengan radio yang masa jayanya telah berlalu.

Optimalisasi sosialisasi bencana bagi BNPB bukan hal yang baru, beragam penyuluhan bencana pernah di buat oleh BNPB, untuk hal ini BNPB pernah menggelar sosialisasi dalam bentuk pertunjukan tradisional seperti pagelaran wayang golek di daerah Jawa Barat, wayang kulit untuk basis penikmat di daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta. BNPB pun menggandeng sineas kenamaan tanah air yakni Riri reza dan Mira Lesmana untuk pembuatan film Pesan Dari Samudra dan Nyanyian Musim Hujan.

Radio di pilih sebagai medium untuk memasukan unsur edukasi tentang bencana, di daerah pedesaan sarana radio masih tetap di minati, hadirnya sandiwara radio berjudul Asmara di Tengah bencana yang skenarionya di tulis oleh S Tidjab di harapkan menjadi lokomotif baru agar masyarakat lebih peduli bencana.

Legenda Itu Bernama S Tidjab

Mbak Tamita pose bareng dengan penulis ADB,Bapak S Tidjab (Dokumentasi Pribadi)
Mbak Tamita pose bareng dengan penulis ADB,Bapak S Tidjab (Dokumentasi Pribadi)
Penulis sangat bersyukur bisa hadir di acara nangkring kerja sama Kompasiana dan BNPB, selain akhirnya tahu akar permasalahan penanganan bencana di Indonesia, nangkring kali ini akhirnya mempertemukan penulis dengan seorang yang begitu keren untuk menghasilkan sebuah cerita berupa sandiwara radio, dari tangan dinginnya lahir sandiwara radio yang berlatar belakang sejarah, masih ingat tentang Tutur Tinular yang berkarakter kuat dalam tokoh sentralnya seperti Arya Kamandanu yang mempunyai pedang Naga Puspa, kerumitan kisah cinta antara Mei Shin,Arya Dwipangga yang di kenal sebagai pendekar syair berdarah saat berebut perhatian dengan Arya Kamandanu.

Sisi lain dari hebatnya S Tidjab menulis sandiwara radio adalah kisah tentang Mahkota Mayangkara yang berseting di kisah kehidupan Kala Gemet alias prabu Jayanegara raja Majapahit yang nyaris terjungkal tahtanya karena pemberontakan berbahaya Rakuti. Mahkota Mayangkara begitu lugas mengupas pemberontakan yang nyaris membuat Majapahit tutup layar karena dahsyatnya pemberontakan Rakuti.

Cerita S Tidjab begitu memikat sehingga BNPB pun kepincut untuk membuat sebuah roman dalam sandiwara radio bertitel Asmara di Tengah Bencana yang mengisahkan tentang kerajaan Mataram yang menghadapi bencana amukan gunung Merapi, tentang pernak pernik putera Temanggung yang di jodohkan namun asmara berkata lain, konflik tentang asmara Raditya dan Puspaningrum menjadi bumbu pemanis sebelum akhirnya Raditya bertemu gadis desa anak Ki Lurah bernama Sekar Kinanti, bagaimana kisah mereka? Nyok di simak saja di radio radio kesayangan di kota anda.

S.Tidjab yang terlihat bugar di usianya yang ke 79, terus berkarya dan menghasilkan cerita cerita dengan filosofi membumi, tak heran karya karya beliau selalu di minati oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan.

Memupuk Budaya Siaga Bencana Sebuah Renungan Untuk Kita

Bencana teramat akrab di telinga kita, tentu masih ingat saat tsunami Aceh yang begitu dahsyat, belum lagi ratusan kali bencana tanah longsor, langganan banjir Jakarta dan juga kota kota lain, gempa bumi yang meluluh lantakan bangunan di atasnya. Untuk soal donasi dana sangat mungkin masyarakat Indonesia teramat peduli, sumbangan berbagai bentuk mengalir deras, bahkan yang unik dari perilaku masyarakat Indonesia adalah pusat bencana terkadang menjadi ‘tujuan wisata’.

Jubelan wisatawan dadakan di tempat bencana seakan menjadi trend baru, entahlah apakah masyarakat kita teramat kepo bahkan untuk sebuah bencana?Allahualam. Patut kita renungkan pernyataan Pak Soetopo saat acara nangkring Kompasiana-BNPB, seiring waktu berjalan, setelah bencana di anggap tak ada lagi, di situlah lupa berjamaah hadir, bangunan bangunan yang tak seharusnya di bangun kembali di pusat bencana tetapi itu di abaikan, sehingga jika terjadi bencana untuk kali kedua maka dipastikan semua akan mengalami dampak yang sama.

Diperlukan edukasi secara terus menerus, dengan genial BNPB melakukan inovasi agar perilaku dan sikap masyarakat Indonesia menjadi budaya, pemilihan jenis edukasi dalam format sandiwara radio sudah tepat, semoga apa yang di sampaikan dalam segmen sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana menjadi pemantik kesadaran agar masyarakat lebih peduli bencana.

Kesiapsiagaan tentang bencana di masyarakat dan juga pemda masih rendah, rencana tanggap darurat,peringatan dini dan mobilisasi sumber daya masih minim dan itu merupakan pekerjaan rumah bersama. Ada beberapa faktor penyebab bencana yang sering luput dari pengamatan kita semua,  lemahnya penegakan hukum, masih ingat khan siapa yang membakar hutan namun hingga saat ini belum ada hukuman maksimal bagi pihak pihak pembakar hutan.

Faktor  penyebab bencana adalah juga lemahnya penataan ruang, kerap kita melihat bangunan berdiri sepersekian meter dari tebing yang rawan longsor namun bangunan tetap berdiri di situ, jika ada longsor melanda salah siapa. Tentang gempa bumi di Indonesia, para ahli telah menyusun peta rawan bencana gempa namun oleh pemangku kebijakan belum mentaati sebagai dasar kebijakaan pembangunan, bila bencana datang dengan jumlah korban tinggi mungkin ini salah satu alasannya.

Radio Never Ending Karena Radio Menggelorakan Imajinasi Bagi Penikmatnya

Sutradara,penulis cerita dan pemain ADB didapuk poto bersama (Dokumentasi Pribadi)
Sutradara,penulis cerita dan pemain ADB didapuk poto bersama (Dokumentasi Pribadi)
Dari raut muka  Pak Sutopo terlihat pancaran kegembiraan seusai melihat thriller sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana, beliau berharap nantinya akan terjalin lagi kerja sama untuk pembuatan sandiwara radio dalam cakupan yang lebih besar lagi, bukan saja oleh 20 radio yang memutar sandiwara ADB, namun juga nantinya menggandeng RRI yang jangkauan gelombangnya lebih besar.

Jika pembaca Kompasianer ada di daerah Jawa Barat dan Banten maka simaklah radio Gamma FM,Fortuna FM,Aditya FM,Thomson FM,Elpas FM,Hot FM dan GeNJ FM. Untuk wilayah DI Yogyakarta bisa di dengar di EMC FM dan Persatuan FM. Nah yang berada di Jawa Tengah tak perlu berkecil hati karena sandiwara radio ADB bisa di simak di radio SPS FM,Studio 99 FM,CJDW FM,Radio H FM dan Merapi FM.

Untuk yang di Jawa Timur nih, catet gelombang radio yang memutar ADB, ada GE FM, Senaputra FM, Gema Surya FM dan Soka FM. Selain itu ADB bisa dinikmati di radio komunitas yakni Radio Komunitas Lintas Merapi FM dan Radio Komunitas Kelud FM. Semoga dengan upaya BNPB membuat kita sadar betapa pentingnya sikap dan perilaku siaga bencana, dan menjadi budaya yang mengakar kuat, semoga.

Radio memiliki sebuah ke khasan tersendiri, dengan siaran radio pendengar bisa berimajinasi tentang apa yang di siarkan, apalagi sandiwara radio yang memang top markotop itu, pokoknya mah hidup radio lah bro.

Akun FB dan Twitter penulis:

Facebook | Twitter

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun