"Iya, memangnya kenapa?" Kata kakaknya.
"Aku buru-buru masuk agar dia tak melihat wajahku dengan jelas. Sebab kalau tidak, bisa jadi aku dibawanya Bintang Mas untuk dijadikan gundiknya," tutur Ariah halus.
"Kenapa tidak? Bukankah tidak apa-apa menjadi gundik orang kaya?" ujar kakaknya Ariah lagi.
"Aku tak akan menjual kehormatanku demi harta. Lebih baik aku hidup miskin dengan kain lusuh di tubuh tapi aku masih memiliki harga diriku" ucap Ariah sambil menyunggingkan senyum manisnya.
Sementara di luar rumah, Oey Tamba Sia pun berlalu dengan kudanya bersama dengan dua orang pengawalnya. Hari itu ditutup tanpa drama berarti.Â
... dan datanglah lamaran itu
Namun beberapa hari kemudian, datanglah sebuah momen yang tak terduga. Babah Liem, sang majikan datang melamar Ariah lewat sang ibunda. Ariah menangis tersedu-sedu kala berita itu disampaikan ibunya.
"Mak, Ariah enggak mau jadi gundik Babah Liem. Istrinya kan sangat baik, Ariah enggak mau jadi madu" ucapnya dalam tangis.Â
Sang bunda marah mendengar ucapan Ariah. "Ariah, jangan tidak tahu terima kasih. Ini kesempatan kita membalas budi semua jasa Babah Liem. Apa kamu berani menolak keinginan orang yang sudah banyak berjasa kepada keluarga kita?" ujarnya.Â
Ariah menjawab, "biar kita miskin, kita harus punya harga diri, Mak. Jangan lantaran miskin kita jual semua, termasuk kehormatan dan harga diri kita,"
Dia Meninggalkan Rumah Untuk Selamanya