Persahabatan Sejati di BATU BELIMBING
      "Abing, cepat! Sebentar lagi tuh!"
      "Iya, Belim! Ayo...!"
Kedua bocah itu berlari, seolah mengejar sesuatu yang berharga. Telapak kaki mereka sudah kebal terhadap kerikil-kerikil sepanjang jalan setapak.
Dua orang sahabat itu tinggal di sebuah kampung di tepi pantai Toboali. Satunya bernama Belim dari suku Melayu. Sedangkan satunya lagi dipanggil Abing, seorang anak dari suku Tionghoa.
Mereka tumbuh bersama dan memiliki ikatan selayaknya saudara. Kebiasaan yang selalu dilakukan bersama setiap sore adalah menikmati turunnya sang surya di ufuk barat.
Tempat terbaik mereka untuk mengagumi indahnya alam itu berupa sebuah batu besar. Â Batu itu menghadap langsung ke arah matahari terbenam. Batu granit besar nan gagah menjadi saksi persahabatan Belim dan Abing.
Setibanya di atas batu,
"Yeah! Aku menang hari ini!"seru Belim.
"Huh! Baru menang sekali aja sudah bangga!"ledek Abing.