"Aku Arlo. Siapa namamu?"
"Aku Yana. Senang berjumpa denganmu, Arlo. Nama yang unik."
"Terima kasih. Aku sering duduk di pantai ini. Tapi baru kali ini aku melihatmu. Apakah kamu baru di daerah ini?" tanya Arlo.
"Iya, aku baru pindah ke kampung ini," jawab Yana.
Harapan Arlo seakan menjadi nyata. Ia menemukan kembali sosok istrinya dalam diri Yana. Aneh tapi nyata, bukan sekedar mirip wajahnya, tapi gerak-gerik dan perilaku Yana benar-benar menyerupai Dayang. Seolah-olah Dayang terlahir kembali. Sejak awal perjumpaannya di pantai itu, Yana juga langsung tertarik dengan ketampanan dan pribadi Arlo. Kisah cinta Arlo pun berlanjut.
Sayangnya, kisah bahagia Arlo dan Yana tidak berlangsung lama. Arlo mendapat pesan dari tempat asalnya bahwa akan segera dijemput saat bulan purnama. Dan sebelum datangnya hari perpisahan itu, Arlo mengajak Yana untuk memasak mie ikan sesuai resep yang pernah diajarkan Dayang dulunya.
"Yana, ini adalah masakan yang paling aku suka. Aku ingin kita dapat menikmatinya bersama."
Mie ikan yang enak itu menjadi semakin istimewa malam itu.
"Yana, maafkan aku harus kembali ke tempat asalku. Ingatlah tentang aku setiap kali kau memandang bintang di kala malam. Kau harus tetap melanjutkan hidupmu dan meraih bahagiamu."
Suara Arlo tercekat oleh kepedihan hatinya. Ia menarik nafas dalam-dalam.
"Percayalah, aku pun akan selalu merindukanmu dari atas sana!"