"Adik-adik yang Kakak cintai, Kakak selalu berpesan agar kita semua senantiasa mengamalkan bakti. Yang utama adalah bakti pada orangtua, karena berbakti adalah sumber dari segala kebaikan. Berikutnya adalah berbakti pada Nusa dan Bangsa. Dengan mengikuti kegiatan pramuka, maka kita menjadi pandu bagi Ibu Pertiwi."
Adik-adik mendengarkan pesan Kak Juanda dengan cermat dan meresapinya dalam hati.
"Adik-adik, seperti biasanya, Kakak selalu memberikan kejutan pada kalian. Mau tahu kejutan apa kali ini?"
"Mau, Kak!"
"Baik, dengarkanlah baik-baik!"
Keadaan menjadi hening tanpa suara sedikit pun. Semua mata tertuju pada Kak Juanda dengan sangat serius.
"Kakak pamit! Ini adalah untuk terakhir kalinya kakak memimpin apel."
Adik-adik penggalang itu tidak satu pun mempercayai apa yang baru saja mereka dengar. Kakak yang demikian mereka cintai dan banggakan, sore itu pamit di hadapan mereka.
"Kakak harap, kalian tetap semangat! Ingat selalu pesan-pesan kakak! Kalian akan menjadi orang hebat di masa yang akan datang! Maafkan segala kekurangan dan kekhilafan kakak."
Airmata Kak Juanda menetes. Diiringi isak tangis anak-anak yang merasa kehilangan sosok yang mampu mengayomi mereka.
Gudep 39/40 adalah binaan PT.Timah. Saat itu keadaaan perusahaan timah itu sedang tidak baik-baik saja, sehingga terjadilah PHK besar-besaran. Kak Juanda termasuk salah satu yang terkena dampak kondisi tersebut. Otomatis tidak dapat lagi membina anak-anak pramuka tersebut.