"Semua ambil posisi! Resapi musiknya hingga menyatu dengan gerakan kalian! Ayo, Kalian bisa!"
"Siap, Kak!"
Kalau ada lomba kesabaran, mungkin Kak Juanda akan keluar sebagai pemenangnya. Tidak mudah mengatur anak-anak itu. Tapi Kak Juanda melakukannya dengan hati. Hati yang lembut bagai air mengalir dan luas bagai samudera.
Betapa bangganya akhirnya anak-anak penggalang asal Toboali dari Gudep 39/40 UPTB WILASI Toboali dapat tampil di Palembang. Pada masa tahun 80an itu, butuh perjuangan yang cukup melelahkan untuk bisa sampai ke Ibukota Sumatera Selatan itu. Jalan raya masih banyak yang rusak parah sehingga memperlambat perjalanan. Anak-anak yang jarang naik alat transportasi  mendadak mabuk darat akibat guncangan layaknya gempa. Namun semangat mereka membara untuk tampil sebaik-baiknya membawa nama harum Toboali.
Sepulang dari Palembang, Kak Juanda kembali memimpin apel pembukaan latihan mingguan.
"Selamat sore, Adik-adik! Salam Pramuka!"
"Salam!"
"Apa kabar, Adik-adik?"
"Baik, Kak!"
"Tetaplah menjadi baik, ya! Baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan! Seorang Pramuka Sejati berprilaku sesuai dengan Dasa Dharma."
Tidak seperti biasanya suara Kak Juanda sore itu bergetar seperti menahan sesuatu dalam hatinya.