Kak Juanda
Â
"Adik-adik mau ikut?"
"Mauuuuu!!"
Keempat anak penggalang itu pun berhamburan menaiki motor vespa Kak Juanda yang bersih kinclong.
"Aku mau di depan, ya Kak!"
"Boleh... dua orang di depan juga boleh!"
"Giliran dong,,kan minggu lalu kamu udah di depan!"
"Ayo, jangan rebutan. Nanti giliran ya!"
Kak Juanda memang terkenal sabar meladeni anak-anak itu. Raut wajah yang selalu tersenyum membuat semua orang yang mengenalnya senantiasa damai dan nyaman. Anak-anak paling bahagia bercengkerama dengannya. Sosoknya yang kebapakan dan bijaksana, namun jenaka dan selalu mengundang gelak tawa. Kak Juanda idola semua anak pramuka gudep 39/40.
Setiap selesai latihan pramuka, Kak Juanda selalu menawarkan boncengan kepada anak-anak yang rumahnya jauh. Vespanya yang terpelihara dengan baik itu menjadi wahana terbaik bagi anak didiknya. Mereka rebutan untuk bertengger di depan vespa karena posisi itu adalah posisi terhormat untuk dibonceng Kak Juanda. Intinya, mereka bangga sebangga-bangganya jika dibonceng kakak sang idola.
"Adik-adik lapar, dak?"
"Lapar, Kak!"
"Kita makan bakso, yoo!"
"Tapi kami tidak bawa uang, Kak!"
"Dak apa-apa! Kakak yang traktir!"
"Asyikkkk...! Terima kasih, Kakak!"
Mereka pun mampir di depan Gedung Nasional untuk jajan bakso.
"Minggu depan kakak merayakan Tahun Baru Imlek. Adik-adik mampir ke rumah kakak, ya!"
"Asyikkk....! Kami pasti datang, Kak!"
"Kak, mengapa rumah orang Tionghoa ada kain merah di atas pintunya?"
"Menurut legendanya sih katanya untuk menakuti roh jahat agar tidak berani masuk ke rumah. Kononnya makhluk halus itu takut dengan warna merah."
"Oh gitu, ya, Kak!"
"Iya! Pokoknya minggu depan datang saja ke rumah kakak, ya! Nanti kakak siapkan makanan yang banyak. Dan ada kejutan buat adik-adik nantinya!"
"Wahhh... seru banget tuh! Kejutannya apa, Kak?"
"Lahhh... kalau diberitahu kan namanya bukan kejutan lagi. Hahaa..haa..haa"
"He..he..he.. Penasaran,Kak! Tidak sabar nih nunggu minggu depan!"
Kak Juanda senyum-senyum melihat tingkah anak-anak penggalang itu.
Hari raya Imlek pun tiba. Kak Juanda sudah rapi mengenakan baju cheongsam khas tionghoa berwarna merah sejak pagi. Makanan begitu banyak disiapkan untuk tamu-tamunya. Ada kue, bakso, mie ikan, dan sebagainya tertata rapi di sebuah meja besar dengan taplak berwarna merah juga.
"Permisi, Kak!"
"Wahhh... silakan masuk Adik-adik!"
"Selamat Tahun Baru Imlek, ya, Kak! Semoga Kakak sehat selalu dan murah rejeki!"
"Terima kasih!"
"Gong Xi Fa Cai, Kak!"
"Wah..!! Kamu tau juga ucapan Gong Xi Fa Cai, ya!"
"Tau dong, Kak! Artinya semoga berlimpah kemakmuran dan kesejahteraan kan, Kak?"
"Betul sekali! Anak hebat!"
Anak-anak penggalang yang berjumlah puluhan itu satu per satu menyalami Kak Juanda.
"Wahh... makanannya banyak sekali, Kak!"
"Iya, khusus untuk Adik-adik! Ayo langsung dicicipi saja! Mumpung masih hangat."
Anak-anak itu langsung berbaris rapi mengantri makanan yang terlihat begitu meggiurkan.
"Makan yang banyak, ya! Biar tambah tinggi. Anak pramuka harus sehat dan tumbuh tinggi agar lebih berwibawa."
"Siap, Kak!"
Para penggalang itu menikmati makanan sajian Kak Juanda dengan lahapnya sambil bersenda gurau.
"Baksonya enak sekali, Kak!"
"Ya ditambah saja kalau enak!"
"Asyikkk... aku nambah ya, Kak!"
"Bolehhh... silakan...silakan...sampai puas pokoknya."
Dalam sekejab, perut anak-anak itu sudah membuncit kekenyangan. Selain makanan, juga tersedia aneka minuman segar. Sepertinya anak-anak itu sudah tidak bisa berjalan lagi, terpaksa melata kayak Anaconda habis melahap lembu. Hahahaaa...!
Kak Juanda lalu mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya.
"Adik-adik, ini kejutan buat kalian semua. Angpaoooo....!!!"
"Kertas apa itu, Kak?"
Mereka tampak masih asing dengan amplop merah itu.
"Ini adalah angpao. Amplop merah yang melambangkan rejeki dan keberuntungan."
"Ada isinya, Kak?"
"Ya ada dong!"
"Isinya apa, Kak?"
"Coba dibuka saja!"
Mata mereka berbinar-binar membuka angpao itu. Penasaran apa isi di dalamnya.
"Wowwww.... Isinya uang!"
"Hahahaha... Angpao ya isinya uang lah...!"
"Terima kasih, ya, Kak!"
"Sama-sama. Semoga menjadi anak yang penuh keberkahan, ya! Berbakti pada orang tua itu yang utama."
"Siap, Kak! Aminnnn...! Kakak juga sehat-sehat selalu dan terus membimbing kami, ya! Kami membutuhkan sosok seperti Kakak yang menjadikan pramuka begitu menyenangkan!"
"Iya, terima kasih atas doanya! Ayo cicip lagi kuenya!"
"Sudah tidak sanggup lagi, Kak! Perut kami rasanya mau meletus. Hahaha..."
Setelah cukup lama bertengger di rumah Kak Juanda, anak-anak yang sudah kekenyangan itu pun pamit.
"Hati-hati di jalan, ya! Nantikan kejutan berikutnya minggu depan, ya!"
"Wahhh.. ada kejutan apa lagi, Kak?"
"Sabar ya...! Minggu depan pas latihan pramuka akan kakak sampaikan kejutannya."
"Siap, Kak! Pulang dulu, ya, Kak!"
"Iya! Terima kasih sudah berkunjung, ya!"
"Sama-sama, Kak! Terima kasih juga makanan dan angpaonya!"
"Oh,ya! Kasih tau teman-teman lainnya yang belum ke sini, ya! Kakak tunggu sampai malam! Makanan masih banyak untuk mereka."
"Siap, Kak!"
Minggu depan, saat apel pembukaan latihan pramuka, Kak Juanda tampil rapi, bersih, dan wangi seperti biasanya sebagai pembina.
"Adik-adik, Salam Pramuka!"
"Salam!"
"Sebagaimana yang kakak sampaikan bahwa akan ada kejutan bagi kalian, maka kakak sampaikan pada kesempatan sore hari ini bahwa......."
Suasana sangat hening, semua menunggu kelanjutannya.
"Kita akan ke Palembang atas undangan Bapak Kapolda Sumatera Selatan!"
"Horreeeeee.....!"
Anak-anak pramuka itu senang bukan kepalang. Merupakan kesempatan teramat langka mereka bisa keluar daerah seperti itu. Bahkan keluar ke kota Pangkal Pinang pun juga terbilang jarang.
"Kita akan tampilkan tarian Gajah Mananggung, oleh karena itu, kakak minta kita serius latihan mulai sekarang karena kesempatan ini sangat langka. Kita tampilkan yang terbaik!"
"Siap, Kak!"
Mulailah mereka latihan menari yang dipandu oleh Kak Juanda langsung. Beberapa di antara anak-anak itu belum pernah menari sebelumnya. Alhasil, gerakan tari yang demikian indah menjadi lawakan dan dagelan. Namun Kak Juanda dengan sabar membimbing hingga perlahan gerakan mereka mulai mendekati sempurna.
"Kita mulai dari awal lagi, ya! Ayo semangatttt...!"
"Siap, Kak!"
"Semua ambil posisi! Resapi musiknya hingga menyatu dengan gerakan kalian! Ayo, Kalian bisa!"
"Siap, Kak!"
Kalau ada lomba kesabaran, mungkin Kak Juanda akan keluar sebagai pemenangnya. Tidak mudah mengatur anak-anak itu. Tapi Kak Juanda melakukannya dengan hati. Hati yang lembut bagai air mengalir dan luas bagai samudera.
Betapa bangganya akhirnya anak-anak penggalang asal Toboali dari Gudep 39/40 UPTB WILASI Toboali dapat tampil di Palembang. Pada masa tahun 80an itu, butuh perjuangan yang cukup melelahkan untuk bisa sampai ke Ibukota Sumatera Selatan itu. Jalan raya masih banyak yang rusak parah sehingga memperlambat perjalanan. Anak-anak yang jarang naik alat transportasi  mendadak mabuk darat akibat guncangan layaknya gempa. Namun semangat mereka membara untuk tampil sebaik-baiknya membawa nama harum Toboali.
Sepulang dari Palembang, Kak Juanda kembali memimpin apel pembukaan latihan mingguan.
"Selamat sore, Adik-adik! Salam Pramuka!"
"Salam!"
"Apa kabar, Adik-adik?"
"Baik, Kak!"
"Tetaplah menjadi baik, ya! Baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan! Seorang Pramuka Sejati berprilaku sesuai dengan Dasa Dharma."
Tidak seperti biasanya suara Kak Juanda sore itu bergetar seperti menahan sesuatu dalam hatinya.
"Adik-adik yang Kakak cintai, Kakak selalu berpesan agar kita semua senantiasa mengamalkan bakti. Yang utama adalah bakti pada orangtua, karena berbakti adalah sumber dari segala kebaikan. Berikutnya adalah berbakti pada Nusa dan Bangsa. Dengan mengikuti kegiatan pramuka, maka kita menjadi pandu bagi Ibu Pertiwi."
Adik-adik mendengarkan pesan Kak Juanda dengan cermat dan meresapinya dalam hati.
"Adik-adik, seperti biasanya, Kakak selalu memberikan kejutan pada kalian. Mau tahu kejutan apa kali ini?"
"Mau, Kak!"
"Baik, dengarkanlah baik-baik!"
Keadaan menjadi hening tanpa suara sedikit pun. Semua mata tertuju pada Kak Juanda dengan sangat serius.
"Kakak pamit! Ini adalah untuk terakhir kalinya kakak memimpin apel."
Adik-adik penggalang itu tidak satu pun mempercayai apa yang baru saja mereka dengar. Kakak yang demikian mereka cintai dan banggakan, sore itu pamit di hadapan mereka.
"Kakak harap, kalian tetap semangat! Ingat selalu pesan-pesan kakak! Kalian akan menjadi orang hebat di masa yang akan datang! Maafkan segala kekurangan dan kekhilafan kakak."
Airmata Kak Juanda menetes. Diiringi isak tangis anak-anak yang merasa kehilangan sosok yang mampu mengayomi mereka.
Gudep 39/40 adalah binaan PT.Timah. Saat itu keadaaan perusahaan timah itu sedang tidak baik-baik saja, sehingga terjadilah PHK besar-besaran. Kak Juanda termasuk salah satu yang terkena dampak kondisi tersebut. Otomatis tidak dapat lagi membina anak-anak pramuka tersebut.
Kak Juanda menyalami dan memeluk anak-anak penggalang itu satu per satu.
"Kakak, masih bolehkah kami mampir ke rumah Kakak?"
"Tentu saja boleh, Dik! Silakan mampir jika ada waktu. Pintu rumah Kakak terbuka lebar untuk kalian semua."
"Kakak, sore ini masih bisa kan boncengi saya pake Vespa, kan?"
"Iya, Dek! Nanti kita pulang sama-sama."
"Kakak, angpao dari Kakak masih utuh. Belum saya pakai uangnya."
"Iya, simpanlah baik-baik, ya! Pakailah jika ada kebutuhan!"
"Tidak mau, Kak! Akan saya simpan selamanya!"
"Kakak, mengapa kasih kejutan seperti ini, Kak? Saya sedih sekali, Kak!"
Adik itu menangis meraung-raung di pelukan Kak Juanda. Semua hanyut dalam lautan haru yang biru.
Kak Juanda pamit sore itu, namun masih bisa berjumpa di luar kepramukaan. Kak Juanda baru benar-benar pamit untuk selamanya di tahun 2022 pada usia ke-78 Â karena sakit menahun yang dideritanya. Diiringi doa ribuan anak pramuka lintas generasi, beliau pamit menuju surga.
Kak Juanda adalah seorang kakak pembina legendaris yang mencurahkan hati dan pikirannya selalu untuk pramuka. Kakak yang selalu dikenang kasih sayangnya dan dirindukan petuah kebaikannya. Kakak yang selalu dinantikan kejutan-kejutannya. Kakak yang dicintai segenap anak pramuka Bangka Selatan.
Selamat jalan, Kak Juanda!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H